Monday, March 26, 2007

Menjawab Dedy Armayadi

Untuk Dedy Armayadi di Pontianak,

Saya kira setiap penulis harus menemukan dan mengembangkan gayanya sendiri bila menulis. Kalau masih tingkat awal, bolehlah belajar dari gaya orang lain, namun belajar dari gaya orang lain, mungkin agak repot. Saya sendiri merasa bukan orang yang punya bakat menulis. Bedakan misalnya dengan Goenawan Mohamad, Linda Christanty, Sapardi Djoko Damono dan sebagainya. Mereka punya style karena mereka memang jago menulis.

Saya sama sekali bukan jago menulis. Saya lebih seorang wartawan, dimana saya mengedepankan data-data serta logika daripada gaya. Ini tak berarti mereka yang punya gaya tak mengedepankan data dan logika. Baik pada "Dari Thames ke Ciliwung" maupun "Republik Indonesia Kilometer Nol" serta "Hoakiao dari Jember," saya kira, semuanya mau menyampaikan data-data.

Intinya, bagaimana menyajikan data-data itu agar mudah dimengerti? Kalau sempat mempelajari pedoman penulisan Pantau, mungkin itulah cara-cara menyajikan data dengan sederhana agar orang cepat mengerti dan terikat pada bacaannya.

Misalnya, saya tentu takkan menganjurkan Anda memakai singkatan-singkatan PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin), TN BB-BR (Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Polhut, Kodim dan sebagainya. Makin banyak singkatan, makin menurun minat pembaca pada narasi Anda. Tak semua orang mudah ingat PETI, TN BB-BR, Kodim dan lainnya.

Saya juga tak menganjurkan orang ditulis umurnya dengan cara yang Anda lakukan: "... Agus Hardyansyah (37) bersama istrinya Bernadeta (30), serta tiga anaknya: Purianto (9), Feronika Sena (5), dan Vaskalis (4)."

Umur-umur mereka tak relevan buat pembaca. Kecuali umur itu relevan diketahui pembaca, barulah Anda menaruh umur dalam tanda kurung. Saya juga tak suka memakai huruf kapital. Makin banyak huruf kapital, makin capek mata pembaca.

Lantas analisis. Anda perlu punya analisis. Ini bagian paling sulit dalam sebuah reportase panjang. Kita bisa menyajikan fakta (where, when, who, what, how) namun unsur "why" biasa dianggap paling sulit. Anda perlu duduk dan merenung apa esensi dari liputan itu.

Kalau Anda tak keberatan, mohon laporan Anda itu diperbaiki lagi dengan menghilangkan singkatan, meminimalkan huruf kapital dan sebagainya. Kita tengok lagi sesudah ada koreksi-koreksi itu. Terima kasih.

No comments: