Monday, December 22, 2008

Lumpur Lapindo di Sidoarjo


Norman melihat hamparan lumpur, dampak dari pengeboran PT Lapindo Brantas. Ia menyebabkan sekitar 11,000 warga tergusur dari rumah dan toko mereka dari delapan desa di daerah Porong.

Kami sekeluarga berhenti di jalan raya Sidoarjo, melewati satu river bank dan terpukau melihat hamparan luas lumpur. Luasnya sekitar 240 ha. Minimal 25 pabrik ukuran besar tergenang lumpur, termasuk pabrik arloji dimana aktivis buruh Marsinah pernah bekerja

Ceritanya, pada 28 Mei 2006, PT Lapindo Brantas mengebor permukaan daerah ini untuk mendapatkan gas bumi dari kawasan Brantas PSC. Mulanya, pengeboran berjalan lancar, menembus tanah liat, lalu pasir, batu-batuan vulkanis dan batu karang hingga kedalaman 1,300 meter. Pengeboran berjalan lancar dengan protective casing guna melindungi pengeboran. Bungkus protective casing ini biasanya dipasang di sekeliling lubang bor.

Pukul 5 pagi, pengeboran tahap kedua dimulai. Kali ini tanpa protective casing hingga sedalam 2,834 meter. Tiba-tiba air, uap dan gas meledak sekitar 200 meter dari pengeboran. Maka mulailah lumpur Lapindo membanjiri Sidoarjo. Pada bulan Juni 2006, dua ledakan muncul sekitar 800 dan 1,000 meter dari lokasi pengeboran. Saat kami datang, diperkirakan 100,000 meter kubik lumpur keluar setiap hari.

Kemacetan lalu lintas sepanjang river bank. Jarak sekitar dua atau tiga kilometer ditempuh satu jam. Semburan lumpur raksasa merusak jalan tol Sidoarjo-Gempol. Orang terpaksa lewat jalan sepanjang lumpur dan macetnya alamak! Kereta api jurusan Banyuwangi-Surabaya, bila melewati daerah ini, jalan pelan sekali. Mereka kuatir getaran rel kereta bisa membongkar bendungan lumpur.

Ribuan rumah dan toko rusak berak. Sebagian besar terendam lumpur. Sebagian kecil masih muncul di pinggir jalan, dekat river bank. Mengerikan sekali melihat bangkai-bangkai toko sepanjang jalan.

1 comment:

Koen said...

Waktu ke sana, aku langsung tersentak deretan rumah yang sekarang terpampang di foto paling bawah itu. Semacam Pompeii masa kini: pernah ada kehidupan yang dinamis di sana, dan terampas tiba2.
Tapi lumpur ini tak ada hubungannya dengan Lapindo. Ini akibat gempa di Yogya. Begitu kata pemerintah. Pemerintah tak pernah bohong.