Sunday, July 29, 2007

“Those who cannot remember the past are condemned to repeat it"

--writer George Santayana (1863-1952)


Peserta dan instruktur kursus Jurnalisme Sastrawi XII di atap kantor Yayasan Pantau di bilangan Kebayoran Lama. Mayoritas bekerja di Jakarta namun ada juga yang datang dari luar Jakarta. Berdiri belakang (kiri ke kanan): Edy Purnomo, Yayan Ahdiat, Said Abdullah Dahlawi (Batam), Hillarius Gani, Janet Steele (Washington). Berdiri tengah: Sunaryo Adhiatmoko, Adriana Sri Adhiati (London), Yuyun Wahyuningrum (Bangkok), Endah Imawati (Surabaya), Lisa Suroso, Rozzana Ahmad Rony (Kuching), Stefanus Akim (Pontianak), Emmy Kuswandari, Dayu Pratiwi. Duduk: Aditya Heru Wardhana, Frans S. Imung, Andreas Harsono, Frans Obon (Ende)


Gordon Bishop Meninggal Dunia
Dia punya bisnis di Jogjakarta, menikahi penari cantik Jawa, kecelakaan di Banyumas dan mendirikan Joyo Indonesian News Service di Manhattan.

Mug Bill Kovach
Sandy Pauling dari rumah disain H2O merancang lima mug Pantau dengan quotation dari Bill Kovach. Anda suka yang mana?

Debat Sastra dan Pornografi
Pengarang Hudan Hidayat berdebat dengan penyair Taufiq Ismail soal maraknya pornografi serta kebebasan berekspresi dalam sastra.

Masalah dalam Proyek Seabad Pers Indonesia
Kapan sebenarnya "pers Indonesia" dimulai? Indexpress pimpinan Taufik Rahzen menetapkannya 1907 ketika Tirto Adhi Soerjo menerbitkan Medan Prijaji dengan alasan dia pribumi?

Indonesia: A Lobbying Bonanza
Taufik Kiemas, when his wife Megawati Sukarnoputri was still president, collected political money to hire a Washington firm to lobby for Indonesian weapons. This story is a part of a project called Collateral Damage: Human Rights and US Military Aid

Dari Sabang Sampai Merauke
Sejak Juli 2003, saya berkelana dari Sabang ke Merauke, guna wawancara dan riset buku. Intinya, saya pergi ke tujuh pulau besar, dari Sumatra hingga Papua, plus puluhan pulau kecil macam Miangas, Salibabu, Ternate dan Ndana. Inilah catatan kecil perjalanan tersebut.

Hoakiao dari Jember
Ong Tjie Liang, satu travel writer kelahiran Jember, malang melintang di Asia Tenggara. Dia ada di kamp gerilya Aceh namun juga muncul di Rangoon, bertemu Nobel laureate Aung San Suu Kyi maupun Jose Ramos-Horta.

State Intelligence Agency hired Washington firm
Indonesia's intelligence body used Abdurrahman Wahid’s charitable foundation to hire a Washington lobbying firm to press the U.S. Congress for a full resumption of military assistance to Indonesia. Press Release and Malay version

From the Thames to the Ciliwung
Giant water conglomerates, RWE Thames Water and Suez, took over Jakarta's water company in February 1998. It turns out to be the dirty business of selling clean water.

Media dan Jurnalisme
Saya suka menulis soal media dan jurnalisme. Pernah juga belajar dengan asuhan Bill Kovach dari Universitas Harvard. Ini makin sering sesudah diminta menyunting majalah Pantau.

Bagaimana Cara Belajar Menulis Bahasa Inggris
Bahasa punya punya empat komponen: kosakata, tata bahasa, bunyi dan makna. Belajar bahasa bukan sekedar teknik menterjemahkan kata dan makna. Ini juga terkait soal alih pikiran.

Dewa dari Leuwinanggung
Saya meliput Iwan Fals sejak 1990 ketika dia meluncurkan album Swami. Waktu itu Iwan gelisah dengan rezim Soeharto. Dia membaca selebaran gelap dan buku terlarang. Dia belajar dari W.S. Rendra dan Arief Budiman. Karir Iwan naik terus. Iwan Fals jadi salah satu penyanyi terbesar yang pernah lahir di Pulau Jawa. Lalu anak sulungnya meninggal dunia. Dia terpukul. Bagaimana Iwan Fals bangkit dari kerusuhan jiwa dan menjadi saksi?

No comments: