Saturday, December 17, 2005

Norman bermain di Dunia Fantasi


Buat seorang ayah, menolak permintaan anaknya, apalagi anak semata wayang, bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Hari Sabtu ini, ketika anakku tahu bahwa Eva Danayanti dan kawan-kawan akan berpesiar di Dunia Fantasi, ia langsung tanya apakah ia boleh ikut? 

Norman baru berusia delapan tahun. Anak seumur Norman tentu suka sekali pergi ke Dunia Fantasi di Ancol. Ada berbagai permainan disana, mulai dari roller coaster hingga pesawat yang ombang-ambing. Apalagi Norman sudah masuk masa liburan sekolah. 

Ia sempat ikut rombongan Yayasan Pantau ke Timika, Papua, namun masih punya masa liburan tiga minggu lagi (He loves Papua so much, saying that it is good for his asthmatic). 

Maka aku pun tanya kepada Eva dan Sapariah Sabtu pagi, apakah kami boleh ikut nebeng rombongan mereka, dua rumah kost putri, ikut main ke Dunia Fantasi? 

Sapariah menjawab "Tentu saja boleh." Mereka sudah naik angkutan umum menuju Ancol. Kami sudah ketinggalan. 

Wah, Norman semangat sekali. Kami sebenarnya hendak sarapan namun ia segera ganti piyama, sikat gigi dan mencegat taxi untuk pergi ke Dunia Fantasi. 

Eva adalah kepala kantor Yayasan Pantau. Ia alumnus Universitas Lampung. Gadis muda yang tekun bekerja. 

Sapariah adalah wartawan Bisnis Indonesia, orang Madura asal Pontianak. Ketika pindah ke Jakarta, Eva menawari Sapariah tinggal di kost yang sama di bilangan Palmerah, sebelah gedung Jawa Pos. Tampaknya Sapariah kerasan. 

Ini sebuah rumah kost yang menyenangkan. Semuanya putri. Suka mengobrol bersama, belanja bersama, rekreasi bersama dan setiap malam ngerumpi bersama. Aku pernah berkunjung sekali ke kost-kostan ini untuk ambil titipan dari Eva.

Namanya juga cewek gaul, minta berpose macam-macam, Sapariah (kiri ke kanan), Dwi Ekawati (Wewek), Citra Kurniawati, Felicitas Novita Daniyanti (Vita), Eva, Fadhlila Fithriana (Lila) dan Norman. Wewe dan Vita kerja untuk sebuah perusahaan kosmetik. Citra kerja untuk tabloid Kontan. Lila lagi pelatihan bankir muda BNI. Kami berpose tiga macam, kaki kanan ditekuk ke belakang, kaki kiri dilempar ke depan, serta kaki kanan dilempar ke samping. Lucu. Banyak tertawa. Norman enjoy banget. Total rombongan 15 orang tapi berpencar jadi dua kelompok.

Tapi antrinya alamak! Basah kuyup harus antri hingga setengah jam. Padahal acara naik permainannya cuma semenit! Sapariah sampai cemberut total! 

Kami pindah dari antrian satu ke antrian lain. Juga sempat hujan sehingga harus berhenti dan makan bakso. Vita dan Lila kurang suka dengan permainan yang banyak putarannya. Pusing barangkali. 

Saya tak sangka antrian di Dunia Fantasi begini panjang. Ia ramai sekali. Mungkin akhir pekan, banyak orang berlibur di sini. 

Norman tak tahan dengan kora-kora, bikin perut mual. Ini permainan macam perahu besar tapi diayun-ayunkan. Sapariah, Eva, Citra dan Wewek praktis ikut semua permainan. Citra sangat penuh energi. Ia dulu bekerja untuk pers mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Vita juga berasal dari Pontianak. Tapi beda dengan Sapariah, Vita orang Jawa.


Kami pulang sesudah puas dansa mengikuti lagu "Teman Tapi Mesra" karya Ratu dan "I Will Survive" karya Gloria Gaynor dekat sebuah panggung musik. Eva, Wewek dan Sapariah praktis memimpin line dancing ini bersama penari-penari profesional (kiri ke kanan). 

Norman ikut menari juga. Eva, Wewek dan Sapariah, bertenaga sekali, gerakan-gerakannya tegas. Ini pertama kalinya aku lihat Sapariah dan Eva menari. Tak sangka sama sekali. 

Ketika naik taxi pulang, sesudah 12 jam di Ancol, dari pukul 8:00 hingga 20:00, Norman berbisik, "I am so happy Papa." 

Sampai rumah Senayan, dia hanya sikat gigi, ganti piyama dan langsung tidur, tidak mandi pagi maupun ... mandi malam. 

Catatan: Saya melengkapi ejaan nama nama lengkap Citra dan Lila pada 31 Desember 2005 sesudah masukan Citra dalam komentar. Saya juga tambah link ke situs web Citra. Terima kasih untuk Citra.


5 comments:

Anonymous said...

Pak Andreas, saya semakin mengagumi Anda...benar-benar tipe seorang Ayah yang perhatian pada putranya..:)astri, jogja

andreasharsono said...

Astri,

Ini hanya sebuah kegembiraan kecil. Saya sebenarnya capek sekali ikut kesana-kemari tapi demi anak ya. Padahal malamnya sudah ditunggu rapat di rumah oleh dua rekan :-)

Anonymous said...

salam kenal, pak andreas.
ceritanya sungguh menarik & mengingatkan saya kepada almarhum ayah. tak sangka ada ada yang mengisi blog semacam ini bahasanya :)

Anonymous said...

Norman is handsome boy. :o)
Splendid writing. It's the kind of (blog)writing that put a smile on a reader's face. Lovely pictures.

Anonymous said...

"Bersama dalam suka dan duka dalam sebuah kos" ini tentu akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan bagi para anggota kos seperti lagu SO7, namun bukan hanya anggota yang berperan dalam kisah tersebut mas Andreas dan Norman juga tentu saja yang ikut dalam kisah tersebut saat ikut seta rekreasi di DUFAN bersama anggota kos Eva.