Monday, September 03, 2007

Lintasan Kemayoran-Bintaro 64 Kilometer


Lintasan yang ditempuh Norman Harsono, setiap siang dari sekolahnya di Kemayoran hingga rumah neneknya di Bintaro, ada 64 kilometer dengan jalur paling tak macet. Artinya, anak umur 10 tahun ini, menempuh jarak lebih dari 100 kilometer setiap hari hanya untuk bersekolah.

Aku menghitung lintasan Norman siang ini. Kami mulai dari sekolah GMIS Jakarta, lalu masuk gerbang tol Ancol, melaju kencang hingga ke ruang jalan tol Jl. T.B. Simatupang, untuk akhirnya keluar di gerbang Ulujami. Waktu tempuhnya, bila tak ada kemacetan dan kecepatan antara 80-120 km/jam, total sekitar 80-90 menit. Bila macet, misalnya hari ini, jarak tempuh hingga 120 menit. Norman kecapekan dan tidur di bangku belakang.

Gerbang Ancol-Dukuh ......................... 24 km ... Rp 4,500
Gerbang Dukuh-Pondok Aren .............. 22 km ... Rp 7,000
Gerbang Pondok Aren-Pondok Ranji ..... 2 km ... Rp 1,500
Gerbang Pondok Ranji-Ulujami ............ 2 km ... Rp 1,500


Bila dihitung, total perjalanan lewat tol 60 km, plus empat kilometer perjalanan menuju dan keluar tol, total 64 km. Biaya tol Rp 14,500. Nanti malam, PT Jasa Marga, juragan tol di Jakarta, akan menaikkan karcis tol.

Aku tahu, semua ini keterlaluan untuk seorang anak. Norman akan memiliki lebih banyak waktu istirahat dan belajar bila tinggal di rumahku di Senayan. Sebagai orang tuanya, kini aku harus usaha mengurangi kelelahan dan waktu tempuh ini serta mengupayakan Norman bisa pindah pengasuhan ke Senayan.

4 comments:

Titiana Adinda said...

Waduh kasihan bgt Norman.Masa sih mas sbg ayahnya tega bgt 'menyiksa' anaknya sendiri yg masih kecil untuk menempuh jarak jauh kaya gitu.

Aduh aku nggak tega bgt sama Norman.Waktu bermainnya jadi kurang.

Knp sih Mas nggak pindah aja ke lokasi yg dekat2 sekolah Norman.Jgn egois ah jadi org tua.Masa Norman yg msh kecil harus ikut keegoisan orang tuanya.Itu namanya kekerasan terhadap anak Mas secara tidak sadar.

Semoga Norman senantiasa dikuatkan oleh Tuhan untuk menghadapi perjalanan yg teramat jauh untuk anak seusianya.Salam hangat untuk Norman.

andreasharsono said...

Dear Titiana Adinda,

Saya bisa mengerti perasaan Anda. Saya setiap hari merasa kacau mengetahui Norman habis waktu 4 jam di jalanan Jakarta.

Saya mau saja pindah ke rumah yang dekat sekolah Norman. Kini waktu tempuh rumah saya ke sekolah Norman hanya 18 menit.

Persoalannya, Norman juga tinggal dengan ibu kandungnya, yang bersikeras memindahkan Norman ke Bintaro. Ini yang bikin jarak jadi 100 kilometer lebih dan waktu tempuh 4 jam.

Kami sudah mengadukan soal ini ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia. Kini masih menunggu jawaban dari Komisi tersebut. Terima kasih.

njh said...

Di atas kertas, dengan memindahkan anak ke dekat sekolah seperti yang Mas uraikan, mungkin merupakan solusi, tapi jangan lupa, ada yang terenggut dengan pemindahan itu, yaitu kasih sayang sebuah keluarga yang nilainya lebih dari biaya transportasi 64 kilometer itu. Itu menurut pendapat saya.

Kita tidak bicara angka (dalam hal ini ongkos dalam rupiah dan waktu dalam satuan menit dan jam), tapi bicara bagaimana memanusiakan manusia yang bernama Norman, yang kebetulan lahir dari seorang ayah yang bernama Andreas Harsono. Kenapa nggak sekolahnya aja yang dipindah? Di Bintaro banyak sekali sekolah bagus.

Jadi, bukan Norman yang dipindah, tetapi sekolahnya. Dan untuk orang tuanya, belajar untuk lebih mementingkan kebutuhan kejiwaan anak.

Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. Kebetulan aja saya "terbawa" ke blog ini, lagi cari tulisan. Terima kasih.

Titiana Adinda said...

Aku koq tdk setuju ya atas pernyataan mbak Mila yg mengusulkan supaya Norman pindah sekolah saja ke daerah Bintaro.Meskipun di Bintaro banyak sekolah bagus.

Bagaimana nanti perasaan Norman ketika harus berpisah dengan kawan-kawannya disekolah yg lama?Knp aku bisa bicara begitu?Karena aku mengalaminya sendiri ketika SD kelas 4 aku pindah sekolah.Meninggal teman dan sahabat yang sudah kumiliki.Rasanya sedih sekali.

Yang harus berubah pikirannya adalah Ibu dan Bpknya Norman.Mereka harus mau untuk pindah rumah yg dekat2 sekolah Norman.Entah itu beli atau mengontrak rumah.Setidaknya sampai Norman lulus SD.Setelah itu rembugkan lagi.Mau pilih sekolah SMP dimana? yang tentu tidak memberatkan Norman.

Ego mas Andreas dan mantan istri yg bertarung disini.Mau kah mengalah untuk kepentingan Norman?Itukan pertanyaan yang harus dijawab.Ya semoga dapat jawaban yg terbaik.

Sun sayang dan salam hangat untuk Norman.Semoga dia kuat dengan masalah yg dihadapinya.