Thursday, June 09, 2011

Geneve dan Internet Freedom



GENEVE adalah kota dimana UN Human Rights Council berada. Dulu ia kota untuk Liga Bangsa-bangsa. Namun Perang Dunia II thus kegagalan Liga Bangsa-bangsa membuat para pemenang perang membuat Perserikatan Bangsa-bangsa dengan pusat New York. Geneve jadi "ibukota kedua" Perserikatan Bangsa-bangsa. Pada Juni 2011, saya berada di Geneve untuk mendukung kampanye "internet freedom" agar menjadi salah satu hak asasi manusia.

Kampanye "internet freedom" bertujuan membatasi kemungkinan negara mematikan atau melakukan sensor terhadap internet. Program ini dimulai oleh Swedia. Kini ia bergerak lebih laju sesudah beberapa negara besar, termasuk Amerika Serikat dan Mesir, ikut mendukung kampanye.

Misi Amerika Serikat di Geneva mengadakan program dengan judul "internet freedom fellow" dan mengundang Wael Abbas (Kairo), Aung San Thar (Mae Sot), Rosebell Kagumire (Kampala), Henda Chennaoui (Tunis), Wen Yunchao (Hong Kong), Kwon Eun Kyoung (Seoul) dan saya untuk bicara dalam acara Human Rights Council.

Kami juga sempat berkenalan dengan Edouard Lambelet, salah satu pendiri situs web Paper.li, di Ecole Polytechnique Fédérale de Lausanne. Saya kagum pada sekolah ini. Ia termasuk sekolah teknik terbaik di Swiss. Lambelet menerangkan bagaimana Paper.li membuat summary dari kegiatan kita di Twitter maupun Facebook. Saya segera memakai Paper.li untuk kegiatan saya. Lambelet menyebut setiap individu para pemakai Paper.li sebagai "editor in chief."


Saya juga merasa beruntung berkenalan dengan enam orang ini. Mereka pribadi-pribadi luar biasa. Cerdas. Berani. Saya juga kagum pada gairah mereka dalam bekerja. Selama dua minggu bersama-sama Henda dan Rosebell, saya belajar banyak soal Tunisia maupun Uganda (Rosebell juga bekerja di Sudan Selatan).

Chen Yunchao mendidik saya untuk mengerti perjuangan hak asasi manusia di Tiongkok. Dia cerita soal Liu Xiabo, kini ditahan dan mendapat hadiah Nobel tahun lalu, maupun Ai Wei Wei, seniman terkemuka, juga sedang ditahan. Chen cerita bagaimana Beijing memakai dana US$40 milyar untuk sensor internet selama 10 tahun terakhir. Tahun lalu Beijing mengeluarkan $5 milyar. Tak ada negara di dunia yang bisa mengeluarkan dana sebesar itu buat sensor internet.

Wael Abbas adalah inspirasi untuk perjuangan bangsa-bangsa Arab keluar dari penindasan berbagai rezim di Timur Tengah dan Afrika Utara. Aung San terkenal karena bikin film dokumenter Burma VJ. Film ini ditayangkan HBO dan masuk nominasi Oscar. Kwon adalah aktivis Seoul dengan perhatian besar terhadap Korea Utara --negara praktis tanpa akses internet.

Pemandangan dari kamar Hotel les Nations di Geneve, tempat kami menginap selama acara di Human Rights Council. Saya tak sangka Geneve adalah kota kecil.

No comments: