Saturday, August 29, 2009

Kolom Dahlan Iskan soal Soemarsono


Dua minggu lalu Dahlan Iskan, CEO Jawa Pos Group, menulis tiga kolom, serial berturut-turut dengan judul "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya."

Isinya, peranan Soemarsono, seorang tokoh PKI Illegal, dalam memimpin koalisi pasukan pemoeda di Soerabaja pada tahun 1945. Soemarsono ditunjuk sebagai ketua koalisi tsb dengan nama "Pemoeda Repoeblik Indonesia."

Organisasi inilah yang secara heroik melawan Sekutu --Soemarsono pakai istilah "dihukum" Sekutu-- dalam peristiwa 10 November 1945. Detail ini bisa dibaca dalam buku Soemarsono berjudul Revolusi Agustus. Soemarsono tokoh bawah tanah. Pada 1948, dia Gubernur Militer Madiun ketika Perdana Menteri Moh. Hatta memerintahkan membersihkan kaum kiri.

Dahlan Iskan mewawancarai Soemarsono, sekarang warga negara Australia, di rumah anaknya, di Bintaro, awal Agustus. Yayasan Pantau dan Teater Utan Kayu kebetulan, sebelumnya ikut membuat diskusi dengan Soemarsono. Ini tampaknya menarik perhatian Dahlan, serta belakangan, lewat Goenawan Mohamad, mengatur janji antara Soemarsono dan Dahlan.

Gara-gara kolom tiga hari inilah, Front Pembela Islam hari Rabu ini rencana demonstrasi di Graha Pena Surabaya. Mereka menyebut Dahlan hendak "memutihkan" kaum komunis. Mereka menuntut Dahlan Iskan minta maaf. Ini agak aneh karena 17 anggota keluarga Dahlan mati dibunuh orang komunis di Madiun pada 1948.

Jawa Pos melaporkan Dahlan juga membawa Soemarsono ke pondok pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran, Magetan. Ini salah satu lokasi peristiwa 1948. Soemarsono bertemu dengan saksi sejarah dan keluarga korban di Kecamatan Take­ran. Mereka, antara lain, Rosyid dan Sutikno, warga Desa Kiri­ngan; serta Jamingan, warga Desa Takeran.

Kerabat Dahlan Iskan dari pesantren tsb juga jadi korban peristiwa 1948. Mereka, antara lain, Imam Mursid Mutakin, Muhammad Nor, dan Imam Fatah. Menurut para saksi, tiga orang itu merupakan orang Masyumi yang diculik PKI, yang bermarkas di Kawedanan, Magetan. Mereka dibunuh dan dimasukkan ke sumur di Desa Soco, Bendo, Magetan.

Kedatangan Soemarsono mengagetkan sejumlah orang pesantren. Setelah para saksi cerita tentang peristiwa 1948, barulah Dahlan memperkenalkan sosok Soemarsono. "Pak Soemarsono ini adalah orang ketiga setelah Amir Sjarifoedin dan Musso. Dia saat itu menjabat gubernur militer Madiun," ujar Dahlan.

Saya rekomendasi Anda membaca buku Revolusi Agustus karena, saya duga, isi buku ini tampaknya akan bergulir jadi lebih besar, minimal di Jawa Timur, salah satu provinsi paling padat dan paling penting di Indonesia.

Dalam buku tsb Soemarsono juga menerangkan peranan Bung Tomo --misalnya, mau dibunuh para pemoeda karena dianggap mau main sendiri namun diselamatkan Soemarsono-- maupun Roeslan Abdulgani --seorang penakut dan oportunis. Dua isu ini juga akan bergulir karena keturunan Soetomo dan Roeslan juga kemungkinan akan kasih reaksi.

Kolom Dahlan bisa dibaca dalam link sebagai berikut:
"Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (1)"
"Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (2)"
"Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (3)"

2 comments:

Pandi said...

waduh maaf om jarang berkunjung ke blognya gara gara kerangjingan pesbuk/.. hihihi.. pas baca feed reader liat judul ini langsung meluncur.. di kampus berita jawapos diduduki santer banget.. keep da spirit to blog ;)

felis said...

permisi,,
mau tanya nihh. agak out of topic
caranya ubah kolom "reaksi" di bawah post itu gimana, ya? dulu aku sempat bikin, tapi gak tau gimana cara ubahnya. juga tentang kata "diposkan oleh" itu..
perasaan,
setau saya,
itu bisa diubah.
tapi saya lupa caranya. terimakasih.