Thursday, February 28, 2008

Yani Keluar, Norman Panik


Sri Maryani, seorang gadis tani asal Tawangmangu, mulai menemani Norman sejak Desember 2002. Hubungan mereka dekat sekali. Yani ibarat kakaknya Norman. Dia sangat melindungi "Dek Norman" terutama menjelang dan sesudah perceraian orang tua Norman. (Aku ambil gambar ini menjelang perceraian Desember 2003)


Siang ini, sesudah mengantar Norman ke dokter gigi, aku mendadak dapat SMS dari Sri Maryani, pengasuh Norman, “Saya minta maaf pak, selama saya krja ma bpk klo pnya slh. Salam ma dek N. thks (14:00).

Disambar petir di siang bolong. Yani keluar kerja? Aku segera telepon Yani. Dia terdengar tenang. Dia bilang tak tahan lagi kerja dengan Retno Wardani, ibunya Norman. Tadi pagi, dia dimarahi Retno karena tidak memberitahu Retno kalau Norman tak jadi sekolah. Retno baru tahu kalau Norman tak sekolah dari Saraswathy Suresh, guru kelas Norman.

Yani bilang dia sama sekali tak tahu. Dia hanya tahu kalau siang ini, Norman bersama aku, pergi ke dokter gigi Andri Suwardi di Gajah Mada Tower. Norman harus menambal lubang di giginya.

Tadi pagi memang terjadi salah paham. Aku mengantar Norman hingga tiba sekolah di Gandhi Memorial International School di Kemayoran. Namun sekolah dari luar terlihat sepi. Tak ada mobil parkir. Tak ada satpam. Biasanya, sekolah ini macet, apalagi sejak banjir awal Februari lalu. Ada perbaikan saluran air. Macetnya luar biasa. Pukul 6:45 tadi, kami mengira sekolah diliburkan seperti saat banjir kemarin. Kami langsung pulang sambil mengirim pesan SMS kepada Suresh.

Ketika kami sudah tiba di Senayan, via SMS, Sharaswati bilang sekolah berjalan seperti biasa. Jawaban Suresh agak terlambat. Norman sudah sibuk masak donat campur blueberry dibantu Sapariah, ibu tirinya. Aku juga sudah mengubah jadwal dokter gigi lebih awal. Yani sama sekali tak tahu dan membantah tuduhan Retno.

Menurut Yani, Retno juga menuduh Yani selama ini “sekongkol” dengan aku. Retno menuduh Yani, bila sedang ikut mengantar ke sekolah Norman, juga datang ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia maupun ke pengadilan negeri Jakarta Selatan. Yani dituduh ikut mengadukan Retno.

Yani tak pernah ikut ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia maupun pengadilan. Dia mengatakan pada aku mau “netral” pada sengketa pengasuhan Norman. Yani hanya ingin membantu Norman. Mereka memang punya hubungan dekat. Ibaratnya, Norman itu adiknya sendiri.

Yani seorang anak petani, kelahiran desa Plumbon, Tawangmangu. Dia mulai bekerja di rumah Pondok Indah, sejak Desember 2002, ketika aku belum bercerai dengan Retno. Yani datang sebagai seorang gadis muda umur 17 tahun (kelahiran 12 Juli 1985). Mulanya aku keberatan dia bekerja karena masih di bawah 18 tahun.

Namun kakaknya, Jullianti, yang bekerja dekat rumah, menyakinkan aku adiknya boleh bekerja. Kini Yani sudah berumur 23 tahun. Jullianti, tiga tahun lebih tua dari Yani, sudah menikah tiga tahun lalu, dan bersama suaminya, tinggal dekat Pondok Indah Mall.

Retno juga menelepon aku ketika masih di tempat dokter. Isinya, maki-maki karena aku tak mengirim Norman ke Bintaro, tempat tinggal Retno, sesudah batal sekolah. Retno berpendapat Kamis pagi adalah jatah Norman tinggal dengannya. Omongannya sangat mengerikan. Sekitar lima menit dia bicara lalu telepon dimatikan.

Yani bilang dia sementara tinggal di rumah mbakyu-nya. Aku cukup bingung menyampaikan berita ini kepada Norman. Dia sedang makan rambutan sambil nonton televisi. Sesudah menenangkan diri, aku sampaikan informasi ini kepada Norman.

Norman terlihat panik. Belakangan dia bilang, “Without Mbak Yani, Bintaro is only blackness. She is the only light, the only candle in the darkness,” kata Norman.

Di Bintaro, kini hanya ada Retno. Ibunya, M.Th. Koesmiharti, pergi ke Baturaja, rumah putri sulungnya. Sabtu ini, Norman akan giliran pindah ke Bintaro. Yani memainkan peran penting sebagai pengasuh Norman. Dia bukan hanya membantu keperluan praktis --memasak, menyiapkan pakaian-- namun menemani Norman secara psikologis. Biasanya, Yani mengajak Norman jalan-jalan ke luar rumah bila Norman sedang bete. Yani sangat mengenal Norman. Sebaliknya, Norman juga membela Yani bila diperlakukan tidak benar. Norman protes ketika tahu Yani dilarang minum dari galon Aqua? Yani harus masak air sendiri. Norman pernah menulis perlakuan buruk Retno, maupun Koesmiharti, terhadap Yani. Aku belum tahu bagaimana Norman akan menghadapi suasana tanpa Yani?

No comments: