Monday, November 20, 2006

Kartun Pernikahan

Saya membolak-balik buku Covering The New Yorker karya Francoise Mouly untuk cari ide. Majalah The New Yorker punya policy bikin kulit muka yang berupa gambar. Ini saya perlukan guna membuat kulit muka "majalah" untuk perkawinan Januari nanti.

Setiap bulan Juni, The New Yorker menerbitkan kulit muka dengan tema perkawinan. Ini mungkin terkait budaya negeri dingin dimana musim panas dipakai untuk menikah. Kalau dalam tradisi Islam, ini mirip dengan bulan sesudah Lebaran Haji dimana orang ramai-ramai menikah.

Buku ini menerbitkan enam gambar dengan tema "Wedding." Ada yang berupa pernikahan zaman dulu dimana si pengantin lelaki duduk dan wanita berdiri (karya Rea Irvin, 11 Juni 1927). Ini menggambarkan dominasi lelaki dalam perkawinan. Dulu lelaki sangat dominan dalam menentukan A-B-C pernikahan. Pose nikah pun si perempuan berdiri dan lelaki duduk.

George Riemann menggambar "Modern Marriage" untuk edisi 9 Juni 1997 dimana digambarkan sepasang pengantin memasang "cincin" diawasi seorang pendeta (yang menikahkan mereka). Unsur modernnya, "cincin" itu dipasangkan di hidung, bukan di jari tangan. Kedua pengantin dilukiskan sebagai orang punk. Mempelai pria punya rambut Mohawk.

Edward Sorel pada edisi 15 Juni 1998, menggambarkan sepasang pengantin menikah depan pastor, seraya di langit-langit digambarkan delapan gadis, melayang-layang meninggalkan si pengantin pria. Tafsiran saya, si pria ini termasuk playboy. Saat menikah, ia harus kehilangan pacar-pacarnya.

Jacques de Loustal menggambar wedding yang unik sekali untuk edisi 13 Juni 1994: kedua pengantinnya lelaki. Mereka sama-sama pakai jas ciamik. Ada kue tart. Pakai sarung tangan. Ada sapu tangan di saku jas. Ini perkawinan homoseksual. Judulnya, "June Grooms." Ini permainan kata-kata karena "groom" artinya mempelai lelaki ("bride" untuk perempuan). Biasanya, pernikahan dikatakan dengan bride-and-groom. Di beberapa tempat di Amerika, sekarang memang sudah dilegalkan pernikahan homoseksual. Ini suatu langkah modern. The New Yorker mencoba mencerminkan trend tersebut.

Pada 7 Juni 1999, Ian Falconer, seorang artis yang sering menggambar untuk The New Yorker, menggambar kue tart dengan puncaknya dihiasi boneka sepasang pengantin. Uniknya, si groom lelaki tua, pendek, botak. Si bride, wanita muda, berdada busung, pinggang ramping dan tinggi. Lebih tinggi dari si groom. Ini olok-olok untuk lelaki tua kaya yang menikahi perempuan muda. Judulnya, "The Icing on the Cake."

Mary Petty menggambar seorang bride menaiki tangga, tampaknya tangga hotel setelah selesai acara gereja, dan ia hendak melemparkan buket bunga, yang dipegangnya selama acara, ke sekelompok gadis pagar ayu. Konon perawan yang mendapatkan bunga itu, akan enteng jodoh, segera menikah, ketularan dari si mempelai wanita tadi. Jadi gadis-gadis ini digambarkan mengangkat tangan guna berebut mendapatkan bunga.

Kalau saya boleh membantu mencari hal-hal lucu dalam pesta-pesta pernikahan di Jakarta, saya kira, ada beberapa contoh. Misalnya, antrian panjang untuk menjabat tangan mempelai dan orang tuanya. Di Jakarta, orang pesta nikah sekaligus untuk memamerkan keberhasilannya. Maka undangan dibuat hingga 1000-1500 orang. Terkadang 2000 undangan lebih sehingga untuk berjabatan tangan kita harus antri ular. Bisa 45 menit hanya buat tunggu jabatan tangan. Unsur memamerkan kekayaan dalam acara nikah ini --sesuatu yang tak pernah saya alami ketika dulu tinggal di Boston-- sering membuat saya enggan pergi ke pesta nikah.

Kelucuan lain adalah tumpah ruahnya makanan. Mungkin ini dibuat kontras dengan kemiskinan yang ada di Indonesia. Atau bisa juga macetnya jalan karena para tamu bermobil. Atau bisa juga, kalau perlu mengutang agar bisa bikin pesta besar-besaran. Lama-kelamaan tradisi ini membuat kita sendiri terpenjara. Orang yang sadar pun tak kuasa menolak!

3 comments:

Anonymous said...

selamat.
saya turut berbahagia.
salam untuk mbak arie dan dek norman.

-Fitri Mohan- said...

kartunnya New Yorker memang lucu-lucu mas. ngomong-ngomong soal gambar kue pernikahan, New Yorker pernah tuh memasang kartun gambar kue pernikahan yang besar (tiga atau lima tingkat kalau nggak salah), trus di atasnya berdiri dengan penuh rasa riang, si koki.

bride and groom-nya nunggu di bawah dengan muka bete...

Anonymous said...

biasa sajalah. orang kawin itu di mana2 ya gitu. gak usah terlalu didramatisir, heboh. paling bagus nikah diam2, sah, cukup keluarga dekat yang tahu. yang perlu dirayakan itu, menurut saya, 25 atau 50 tahun berumah tangga.

bambang, jogja