Tuesday, August 08, 2006

Kalla, Arabisasi dan Cisarua

Sapariah Saturi
Jurnal Nasional

Wakil Presiden Jusuf Kalla punya perasaan tak enak ketika membaca ucapannya soal “janda-janda di Puncak” muncul di halaman depan harian The Jakarta Post. Kalla menduga bakal kontroversial. Maka ia bikin pertemuan pers untuk memperbaiki keadaan. Tapi nasi sudah jadi bubur. Aktivis-aktivis perempuan berpendapat kelakar itu keterlaluan dan tak pantas diucapkan orang baik-baik.

Di internet, komentar pro dan kontra, bahkan sinis, bermunculan. Ada komentar, “Why haven’t we learned from the Germans on the danger of putting a short man with funny moustache in power?

Situs blog indonebia.blogspot.com mengeluarkan satire tajam. Isinya, memuji Kalla, “Sungguh kejam dan biadab kalau pernikahan yang disumpah sesuai tuntunan kitab suci Al-Quran tersebut dituding sebagai 'kawin kontrak' belaka.” Tapi jangan salah sangka. “Indonebia” --singkatan dari “Indo Arabia”-- adalah “negara yang terbentuk dari puing-puing reruntuhan sebuah negeri bernama Republik Indonesia.” Blog ini tak menerangkan siapa pengelolanya namun di beberapa mailing list diduga ia dilakukan Radityo Djadjoeri, seorang mantan wartawan yang mengelola list mediacare@yahoogroups.com.


Wakil Presiden Jusuf Kalla

“Saya sama sekali tidak mengatakan bahwa wanita Indonesia dipakai seperti itu. Astaghfirullah … saya sudah duga akan ada reaksi.”

Kalla menekankan sebenarnya juga tak salah jika orang-orang Arab “menikahi” wanita-wanita Indonesia. "Jangan hanya orang Barat saja yang kawin dengan orang kita, masak orang Arab tidak boleh kawin dengan gadis Indonesia. Di koran itu dikatakan seolah-olah Wapres mengatakan wanita dipergunakan untuk itu (prostitusi). Mana pernah saya bilang begitu.”

Abdurrahman Wahid, mantan Presiden sekaligus mantan atasan Kalla

“Saya nggak ngerti bagaimana mungkin Wapres menganjurkan orang untuk wisata seks. Itu menurunkan martabat perempuan. Itu menunjukkan dia tidak punya sensitivitas.”

“Dia hanya cari untung saja kerjanya. Saya tidak heran, karena dia berpikirnya dagang melulu. Semua diukur dengan uang.”

“Indonebia” – Indonesia-Arabia

“Para hamba Allah yang berniat mulia dengan menebarkan bibit-bibit unggul untuk bangsa ini semustinya dianugerahi penghargaan oleh Pemerintah RI. Bapak H. Jusuf Kalla selaku Wakil Presiden saja menyetujui ritual mulia ini untuk memperbaiki keturunan, tetapi kenapa para birokrat yang notabene menjadi bawahannya tidak mematuhinya?”

“Tindakan polisi dan imigrasi wilayah Bogor ini menghambat gerakan dan cita-cita mulia kami untuk menjadikan negeri ini sebagai tempat persemaian bibit-bibit unggul kaum Semit demi terwujudnya Syariat Islam di Indonesia.”

1 comment:

Anonymous said...

Wah rupanya "si kecil kumis nyusahin " ini malu akan fisik orang indonesia asli :)..." Boss, orang nggak dihargai secara fisik aja kok!!"