Saturday, September 05, 2009

Batang Senang (maksud loe?)


Salah satu kegemaran orang Indonesia --entah Indonesia mana tak perlu diperdebatkan-- adalah melakukan Malaysia-bashing alias menggebuk Malaysia. Ini semacam olah raga nasional di Jakarta. Pokoknya, ada saja isu untuk menyalahkan Malaysia.

Ritual ini diulang-ulang. Dari tahun ke tahun, mulai dari propaganda Presiden Soekarno untuk mengambil Sarawak dan Sabah pada 1960an hingga spekulasi bahwa Malaysia mencuri tari pendet dari Bali.

Di Facebook bahkan ada kelompok diskusi "Malingsia" atau "Malaysia Truly Maling Asia" --maksudnya "Malaysia maling" gitu.

Saya geli melihat olah raga ini. Pribadi saya tak merasa ada sesuatu yang serius dalam hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia. Mudah-mudahan dugaan ini tak salah. Terkadang jengkel juga kalau lihat acara olah raga ini jadi serius. Pakai mau mengerahkan perang segala macam. Ini hanya kegenitan kelas menengah, beberapa media Majapahit dan sekelompok politisi kurang kerjaan.

Minggu ini, isteri saya mengirim sebuah email dari Rara Ayu T.S. Isinya, apalagi kalau bukan mengolok-olok Malaysia. Memang lucu abis. Dia mengolok-olok logika Bahasa Malaysia dengan membandingkannya dengan Bahasa Indonesia. Dua bahasa dengan induk sama: Bahasa Melayu.

Ya dinikmati saja. Rara Ayu mungkin juga sadar orang Malaysia tak kalah geli kalau mempelajari logika Bahasa Indonesia (Halo, halo, Mustafa Anuar, Steven Gan dan teman-teman lain di Kuala Lumpur dan Penang jangan tersinggung ya).

Inilah olah raga menggebuk Malaysia

Indonesia: Kementerian Hukum dan HAM
Malaysia: Kementerian Tuduh Menuduh

Indonesia: Kementerian Agama
Malaysia: Kementerian Tak Berdosa (oh please...)

Indonesia: Angkatan Udara
Malaysia: Laskar Angin-Angin (Awas siapin tolak angin!)

Indonesia: 'Pasukaaan bubar jalan!!!'
Malaysia: 'Pasukaaan cerai berai!!!'

Indonesia: Merayap/merangkak
Malaysia: Bersetubuh dengan bumi (biji mana cuba?)

Indonesia: Korban kecelakaan
Malaysia: Mangsa kemalangan

Indonesia: Belok kiri, belok kanan
Malaysia: Pusing kiri, pusing kanan (kalo breakdance apaan donk?)

Indonesia: Departemen Pertanian
Malaysia: Departemen Cucuk Tanam (yuu.. marie?)

Indonesia: 6.30 = jam setengah tujuh
Malaysia: 6.30 = jam enam setengah

Indonesia: Gratis bicara 30 menit
Malaysia: Percuma berbual 30 minit

Indonesia: Handuk
Malaysia: Tuala (dari bahasa Inggris towel?)

Indonesia: Satpam/sekuriti
Malaysia: Penunggu Maling (ngarep banget dimalingin yak mpe ditungguin)

Indonesia: Diaduk hingga merata
Malaysia: Kacaukan tuk datar

Indonesia: Imut-imut
Malaysia: Comel benar

Indonesia: Pejabat negara
Malaysia: Kaki tangan kerajaan

Indonesia: Pemerkosaan
Malaysia: Perogolan

Indonesia: Pencopet
Malaysia: Penyeluk saku

Indonesia: Joystick
Malaysia: Batang senang (maksud loe...??)

Indonesia: Tidur siang
Malaysia: Petang telentang (kalo tidur malem "gelap tengkurep" donk)

Indonesia: Pengacara
Malaysia: Penguam

Indonesia: Remote
Malaysia: Kawalan jauh

Indonesia: Kulkas
Malaysia: Peti sejuk

Indonesia: Chatting
Malaysia: Bilik berbual

Indonesia: Keliling kota
Malaysia: Pusing pusing ke bandar

Indonesia: Rumah Bersalin
MALAYSIA: Rumah Korban Laki–laki (???)

Indonesia: Tank
Malaysia: Kereta kebal (bo disuntik kale..???)

Indonesia: Kedatangan
Malaysia: Ketibaan (untung bukan ketibanan)

Indonesia: Bersenang-senang
Malaysia: Berseronok

Indonesia: Bioskop
Malaysia: Panggung wayang

Indonesia: Rumah sakit jiwa
Malaysia: Gubuk gila

Indonesia: Dokter ahli jiwa
Malaysia: Dokter gila

Indonesia: Pintu darurat
Malaysia: Pintu panik-panik


Indonesia: Hantu pocong
Malaysia: Hantu bungkus (pesen atu donk bang??!)

4 comments:

Jeng Dwita said...

Aku sepakat..isu malaysia-indonesia jadi lebay deh.apalagi tv one sama metro tv..wis ora mutu babar blas.

Miiirza said...

hahahahahhaha....maksud loe?

Demokrasi Baru said...

Isu pengganyangan Malaysia memang bisa sangat membumi. Pasalnya, para pembesar mengerti tentang romantisme era 60-an dulu..

Tapi isu pengganyangan Malaysia kekinian, mempunyai latar berbeda dengan program Soekarno dahulu. Sebabnya, para Pembesar Malaysia dan Indonesia saat ini sama-sama reaksioner.

Jadi, kalau ada isu pengganyangan Malaysia terlontar dari mulut para pembesar, seratus persen tidak mencerminkan kehendak ekonomi-politik masyarakat Indonesia.

SUHAIRI ANWAR SYAH said...

hantu bungkus-hantu pocong
udah angus-tambah gosong,

keren nga' pantunnya brow!

(percuma berbuah 30 menit, he2)

artikelnya saya pasang di blog saya ya mas! nanti saya link balik deh ke sini.