Wednesday, December 22, 2021

Berkunjung ke Jember dalam masa pandemi

Dua minggu lalu
, kami mengunjungi mama dan beberapa adik saya di Jember termasuk Susanna yang tiga kali masuk rumah sakit tahun ini. Susan kehilangan berat badan 16 kg. Mama saya dua kali masuk rumah sakit. 

Selama pandemi, sejak awal tahun 2020, saya praktis tak bisa bertemu mereka. Sudah hampir dua tahun kami tak saling bersua. Hanya bisa komunikasi lewat telepon. Lega melihat mereka sehat dalam masa pandemi ini.

Susan dan saudara kembarnya, Rebeka, adalah adik saya. Mereka kini saling membantu di Jember karena keduanya ada kondisi mental. Ketika sakit, Susanna itu tak bisa angkat kepala, bahkan makan harus disuapi, buang air harus pakai pampers, pokoknya tak bisa gerak. Rebeka, yang tinggal di Tangerang, memutuskan pulang ke Jember pertengahan tahun 2020, dan menemani Susan di rumah sakit. 

Rebeka banyak membantu Susan termasuk ketika lantas berjalan pakai kursi roda, belakangan tongkat, lantas berjalan pelan. Kini sudah mulai lancar bahkan berenang juga bisa. Kagum dengan semangat Susan bertahan dan sembuh.

Saya juga melihat peternakan ayam petarung milik Dani Hariyanto, adik lelaki saya satu-satunya, di Rembangan, selatan kota Jember.

Dani memiliki sekitar 50 ekor ayam petarung. Dia bilang salah satu jago harganya Rp 5 juta. Dani juga seorang petani merangkap pedagang hasil bumi. Dia punya banyak kawan di Rembangan. Supel dan pandai bergaul. 

Kuswati, isteri Dani, cerita soal dia sebagai relawan Keluarga Berencana di daerah Kemunir Lor, Rembangan. Senang juga dengar cerita bagaimana mereka berusaha meningkatkan gizi anak, rutin periksa kesehatan reproduksi. 

Dani mengingatkan saya pada Ong Seng Hay, kakak dari papa kami, yang juga dikenal pada 1970an sebagai peternak ayam petarung di Jember. 

Dani cerita mereka sekampung terkena coronavirus, termasuk ibu, isteri dan dirinya, namun mereka tak pernah tes karena prosesnya repot. Ibunya bahkan sakit lebih dua bulan.
 
Kami pergi berenang bersama. Dani, Kuswati dan anak mereka ikuta menginap di hotel. Anak kami bisa bermain bersama. 

Ini hanya kunjungan tiga hari, saya tak sempat menemui banyak kerabat dan kawan di Jember dan sekitarnya. Kami tentu punya kerabat di Kalisat, Ambulu, Balung, Kasihan, Ajung, sampai Puger dan Bandealit. Kami juga cerita soal kerabat dan kenalan di Surabaya dan Banyuwangi. Banyak dengar cerita sedih soal pandemi di kota kelahiran saya termasuk kenalan yang meninggal. 

No comments: