Sunday, March 01, 2015

Akhir Pekan di Glen Cove, New York

KETIGA kali saya berakhir pekan di Glen Cove Mansion, sekitar 90 menit naik kereta api dari New York, buat refreshing bersama rekan-rekan dari Divisi Asia maupun Divisi Middle East and North Africa dari Human Rights Watch.

Pada awal 2013 serta 2014, saya juga ikutan retreat di Glen Cove. Ini kesempatan dimana kami berkumpul, bergurau, makan dan diskusi, soal berbagai isu yang menarik dalam pekerjaan kami di bidang hak asasi manusia. Kami datang dari berbagai kota, dari Kabul sampai Sydney, dari Bangkok sampai Tokyo.

Musim salju praktis membuat orang tak bisa bergerak banyak di Glen Cove.

Akhir pekan ini kami diskusi soal pelanggaran hak asasi manusia dalam counter terrorism, termasuk penggunaan drone, yang sudah bikin masalah di Afghanistan, Pakistan, dan Yaman. Ada juga sesi soal meningkatnya ketegangan Sunni-Syiah di berbagai negara. Tiongkok selalu menarik perhatian dengan mencuatnya Xi Jinping sebagai orang nomor satu di Beijing. Kami juga bicara soal demonstrasi di Hong Kong. Seorang rekan bilang suasana di Tiongkok: No trust, no confidence, no future.

Cerita dari Suriah, Irak, Iran, Lebanon, Saudi Arabia dan Yaman, tentu saja, selalu jadi diskusi hangat.

Ada juga sesi soal pengintaian yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Ini tentu terkait dengan bocoran dari Edward Snowden, seorang kontraktor National Security Agency yang membocorkan berbagai kegiatan pengintaian yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya. Saya belajar lebih banyak soal bagaimana pengintaian lewat internet tsb dilakukan.

Saya sendiri diminta cerita soal perdebatan soal peranan agama dalam hukum dan politik di Indonesia. Saya memilih cerita soal debat sejak 1920an, memuncak dengan dihasilkannya Pancasila pada 1945, serta lanjut dalam sidang Konstituante pada 1957-1959 maupun masa pasca-Presiden Soeharto dimana partai-partai berbendera Islam menolak untuk voting pada Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1999. Mereka memilih cara lain. Mereka memilih bikin aturan-aturan yang mereka anggap berdasarkan Islam dari daerah-daerah.

Glen Cove Mansion.
Saya kira kebiasaan retreat ini baik buat kesehatan organisasi tempat saya bekerja. Ia memberi kesempatan kami semua berkumpul dan mundur sejenak dari kesibukan sehari-hari, lalu tukar-menukar pendapat. Tak ada pembicara tamu. Semua pembicara dari kalangan kami. Ini organisasi para peneliti. Banyak orang terdidik dan biasa menulis.

Sore hari biasa dipakai buat keperluan pribadi. Saya sering tidur siang atau sekedar istirahat di kamar. Saya suka baca majalah The New Yorker di kamar. Sendirian dan tenang. Di luar dingin sekali. Petang hari acara bersama tapi santai. Makan malam dan minum tentu. 

Para periset Human Rights Watch, dari Beirut sampai Lahore, adalah orang-orang yang kerjanya memang riset soal hak asasi manusia. Ia tentu terkait dengan politik, kebudayaan, agama dan ekonomi. Mereka bicara fakta, angka serta analisis tajam.

Saya merasa beruntung bisa dengar berbagai diskusi bernas, tanpa basa-basi, di Glen Cove. Saya akan selalu mengenang masa-masa Glen Cove. Ini tempat dimana saya merasa senantiasa ingat buat belajar terus dalam hidup.


No comments: