Sunday, November 11, 2007

Retno Menuduh 'Pembohong'


Malam ini Retno Wardani tiba-tiba kirim SMS dan menuduh aku "pembohong." SMS dikirim pukul 18:29. Isinya, "Waktuku kamu ambil dan km pembohong. Bbrp menit yg ll km msh di bogor!"

Ini satu contoh lagi kengawuran Retno. Ceritanya, Retno menjemput Norman sekitar pukul 17:45. Sri Maryani, pengasuh Norman, naik ke apartemen kami pukul 17:50 ketika Norman masih menonton televisi. Sapariah dan aku sedang melayani dua mahasiswa komunikasi Universitas Padjadjaran. Mereka lagi bikin skripsi. Kami membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Aku minta tolong Yani dan Erni Pasar, pembantu kami, guna mengambil komputer dan layar monitor Norman guna dipindahkan ke mobil Daihatsu Taruna milik Retno. Dia menunggu di tempat parkir. Aku memang sebelumnya minta Retno menjemput Norman dari tempat kami di Senayan. Aku mengambil komputer Norman, yang diperbaiki Microsoft-nya, dari satu toko komputer di Ratu Plaza hari Kamis. Tapi kami sudah ada di rumah ketika dia datang.

Mengapa Retno menyebut aku ada di Bogor?

Pagi ini, sekitar pukul 8:00, bersama beberapa rekan Yayasan Pantau, kami pergi ke rumah pengarang Remy Sylado di Bogor. Norman dan Sapariah ikut. Tujuannya, menyampaikan persiapan diskusi dengan Remy soal penulisan bulan depan.

Sekitar sejam di rumah Remy, kami cari makan di Bogor lalu kembali ke Jakarta. Jarak tempuh Bogor-Jakarta hanya sekitar satu jam setengah. Namun Bogor macet sekali. Kami baru kembali ke Senayan pukul 14:00. Aku sempat tidur siang di kamar Norman. Norman bermain sendiri dan nonton televisi.

Pukul 15:00, aku bangun ketika dua mahasiswi itu sudah tiba di lobby apartemen. Aku kirim SMS kepada Retno. Aku beritahu Retno kalau aku tak bisa mengantar Norman ke Bintaro. Malamnya, sesudah menemui dua mahasiswa ini, aku ada janji makan malam dengan George Junus Aditjondro. Aku janji menjemput Aditjondro di hotelnya pukul 19:00 di Menteng.

Ada banyak saksi, dari rekan Yayasan Pantau, termasuk Eva Danayanti, Dayu Pratiwi, Rina Erayanti, Siti Nurrofiqoh, Linda Christanty dan Mas Udin, hingga Sapariah dan Norman hingga mertua aku, hingga dua mahasiswa, yang menemui aku di rumah. Semuanya menyaksikan aku sudah tidur siang dan menemui mahasiswa. Tidak benar bahwa aku "beberapa menit lalu" baru tiba dari Bogor.

Tapi begitulah Retno! Pikirannya sering kemana-mana.

Di mobil, ketika komputer sudah masuk dan aku mengantar Norman menemui Retno, Sri Maryani menyampaikan perintah Retno agar mulai Senin besok, sopir kami menjemput Norman pagi hari di rumah Bintaro. Sejak Agustus lalu, ketika Retno secara sepihak memindahkan Norman ke Bintaro, dia setiap pagi mengantar Norman ke Pondok Indah. Kami menjemputnya di Pondok Indah dan diantar ke sekolah. Sorenya, kami mengantar Norman hingga tiba di Bintaro.

Kini Retno maju selangkah lagi. Dia memerintahkan aku menjemput Norman pagi hari hingga ke Bintaro. Artinya, kalau sekarang aku harus berangkat dari Senayan ke Pondok Indah setiap pagi pukul 5:30, maka berikutnya aku harus berangkat pukul 5:00 ke Bintaro. Aku menolak perintah ini.

2 comments:

Pandi said...

wahh daerah sensitif nih... peace :kabur:

Ini wartawan poenja blog. said...

Waduh pake kabur segala...harri gini gitu loh???

Kebayang ga sih, jika berada dan menyaksikan serta merasakan hal-hal seperti ini. Emang bukan deraan fisik, tapi ganguan seperti ini sangat mengganggu secara psikologi. Rasanya mas mesti ke psikolog tuch biar ga stress he he he (serius). Aku aja mau ke psikolog nich karena kena dampak sering melihat dan mendengar dari korban :-)Apalagi pelaku ya????(Ceile..kayak psikolog aja ya..:-))

Dunia yang sudah gila ini, ternyata membawa polusi pada pikiran orang juga ya??? BUktinya, banyak orang ngomong asal tuduh, asal keluar kata2 tanpa memikirkan benar atau salah.

Bisa kena kasus pencemaran nama baik atau perbuatan tidak menyenangkan ga ya kalo orang suka gini????

Sorry agak kasar, maklum sering menyaksikan kekasaran:-) ...Pisssss...ikutan kabur juga ah......Lho kok???!!!!