Thursday, September 10, 2009

Kami Mengecam Aksi Pembakaran Buku!


PERNYATAAN SIKAP

Pekan lalu Front Anti Komunis di Surabaya membakar buku Revolusi Agustus: Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah karya Soemarsono. Guru Besar Ilmu Sejarah Prof. Dr. Aminuddin Kasdi ikut dalam pembakaran dan mengatakan bahwa sejarah adalah milik pemenang. Mereka membakar buku sebagai reaksi terhadap kolom serial wartawan Jawa Pos Dahlan Iskan berjudul "Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya."

Pembakaran buku kali ini bukan yang pertama. Pada Juli 2007 ribuan buku pelajaran sejarah dibakar Kejaksaan Negeri Depok. Pembakaran-pembakaran ini membuktikan adanya sekelompok orang yang tidak bisa menerima perbedaan pendapat.

Kami prihatin dengan pembakaran buku itu kendati kami belum tentu sepenuhnya setuju dengan isi buku tersebut. Tapi kebebasan berpendapat, baik lisan maupun tulisan, dijamin oleh UUD 1945. Pembakaran buku Soemarsono mengulang kembali aksi fasisme Nazi yang juga membakar buku-buku karya Sigmund Freud, Albert Einstein, Thomas Mann, Jack London, HG Wells serta berbagai cendekiawan lain. Nazi menganggap buku sebagai musuh mereka.

Kami prihatin aksi ini dilakukan oleh sekelompok orang, yang memakai nama Islam namun melakukan tindakan tercela pada bulan Ramadhan, bulan di mana Allah pertama kali menurunkan perintah membaca kepada Nabi Muhammad SAW. Buku semestinya dibaca, bukan untuk dibakar.

Kami menyayangkan pernyataan Aminuddin Kasdi. Pernyataan sejarah hanya milik pemenang tak sepantasnya dikatakan oleh seorang guru besar ilmu sejarah. Penulisan sejarah semestinya mengedepankan keberimbangan fakta dan keberagaman versi, bukan monopoli satu versi praktik rezim Orde Baru.

Oleh karena itu, atas dasar akal sehat dan kepercayaan pada demokrasi, kami menyatakan:

PERTAMA, mengecam para pelaku pembakaran buku Revolusi Agustus: Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah karya Soemarsono, dan menganggapnya sebagai tindakan fasistis, yang bertentangan dengan kemanusiaan dan upaya mencerdaskan masyarakat.

KEDUA, menuntut kepada Presiden Republik Indonesia untuk menjamin kebebasan berpendapat dan menindak tegas mereka yang menciderai kebebasan sipil di Surabaya.

KETIGA, menuntut dihentikannya tindakan pelarangan buku atas alasan apapun. Bila terdapat perbedaan pandangan, yang diwakili sebuah buku, hendaknya dijawab dengan menerbitkan buku baru, yang mencerminkan pandangan yang berbeda --bukan dengan larangan.

Semoga demokrasi di Indonesia, yang baru ditanam benihnya, bisa berkembang sehat.

Kami yang mendukung:

A.Supardi Adiwidjaya (wartawan)
A.K. Supriyanto
Aan Rusdianto (aktivis, PEC)
Aboeprijadi Santoso (wartawan)
Achmad Fauzi
Adi Mulyana
Adrian Mulya
Adyanto Aditomo (blogger, aktivis sosial)
Adytia Fajar
Adityo Lukito
Agung Cahyono Widi (wartawan)
Agung Dwi Hartanto (pengelola taman bacaan)
Agus Bejo Santoso (aktivis)
Agung van Joel Nugroho
Ajianto Dwi Nugroho
Akmal Nasery Basral (wartawan)
Alfian Syafril (mahasiswa, UGM)
Amalia Pulungan (aktivis)
Amir Al rahab
Andi K Yuwono (aktivis Praxis)
Andi S. Nugroho (wartawan)
Andre J.O Sumual (wartawan)
Andreas Harsono (wartawan)
Andreas Iswinarto (blogger, aktivis sosial)
Agung Arif W. Widodo (Mahasiswa Sejarah Unair)
Anissa S Febrina (wartawan Jakarta Post)
Anjas Asmara (wartawan Trans7)
Anton Septian (wartawan)
Anton Dwi (pembaca bebas)
Ambarum Sari (ibu rumah tangga)
Ari Trismana
Ari Zullutfi
Aria W. Yudhistira (wartawan Seputar Indonesia)
Arief Setiawan
Arif Gunawan Sulistyo (wartawan)
Arif Sam K(Bekasi)
Aryati
Aryo Yudanto (aktivis IKOHI Jawa Timur)
AS Manto
Asahan Alham (penulis, sastrawan, tinggal di Belanda)
Asep Sambodja (dosen FSUI, Jakarta)
Atta Sidharta (Perguruan Rakyat Merdeka, Jakarta)
Ayu Purwaningsih

Badrus Sholeh (dosen UIN Syarief Hidayatullah, Jakarta)
Basil Triharyanto (wartawan)
Baskara T Wardaya, Dr. (guru sejarah)
Bedjo Untung (Ketua YPKP 65)
Beka Ulung Hapsara
Bengar Gurning
Beta Ramses Yahya (Kedubes R.I., Maroko)
Betty Purba
Bilven (Ultimus Bandung)
Binbin Firman Tresnadi
Bonnie Setiawan (Institute for Global Justice)
Bonnie Triyana (sejarawan-cum- wartawan)
Budi Setiyono (Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah)
Budi Wirawan (alumnus jurusan Sastra Indonesia, Undip. Menetap di Banjarmasin, Kalsel)
Bustanul Arifin (aktivis Jaringan Videomaker Independen)

Chan Chung Tak (pemerhati Indonesia)
Chris Poerba (wartawan)
Christofel Nalenan (JPPR, Jakarta)
Cicilia Peggy Mariska
Cinde Laras Yulianto
Coen Husain Pontoh
Cony Harseno (RIVER, Yogyakarta)

Dandhy Dwi Laksono (wartawan)
Danial Indrakusuma (aktivis)
Darma Ismayanto (wartawan)
Das Albantani (pejuang EcoVillage)
Dasa Rudiyanto (aktivis)
David Leonardo Henry
Dedi Ahmad
Deddy Try Laksono (Kadalholict ArtWork)
Denny Ardiansyah (penulis resensi buku)
Derry Putera (wartawan)
Desantara Joesoef (Penerbit Hasta Mitra)
Devi Fitria (wartawan)
Devi Dwi Aribowo (Mahasiswa Sejarah Undip)
Dian Setyawati
Dian Fath Risalah (Undip)
Diana AV Sasa (Penulis, Redaktur Pelaksana portal berita buku Indonesiabuku.com)
Doreen Lee

E.S. Noorsabri (politisi, Jakarta)
Eddy Purwanto (warga biasa)
Eep Saefulloh Fatah (pengamat politik, Dosen Fisip UI)
Edo Saman

Fahmi Faqih (penyair)
Fahri Salam (wartawan)
Faisol Riza (PKB)
Faiza Hidayati Mardzoeki (aktivis perempuan)
Fendry Panombang
Firdaus Cahyadi (Knowledge Sharing Officer-Yayasan SatuDunia)
Firdaus Mubarik
Firliana Purwanti (Hivos)
Frans Padak Demon (wartawan)
Frans Anggal (Pemimpin Redaksi Harian Umum Flores Pos)
Fransiska Ria Susanti (penulis-cum- jurnalis, Hong Kong)

Gatot Prihandoono
Gerry van Klinken, Dr. (sejarawan, KITLV, Leiden)
Ging Ginanjar
Gita Tomtom
Goenawan Mohamad (wartawan senior)
Gunawan Hartono (politisi, Jogjakarta)
Gustaf Dupe (Ketum Perhimpunan Pelayanan Penjara)

Halim HD. (Networker Kebudayaan, Forum Pinilih, Solo)
Hamzah Sahal (PP Lakpesdam NU)
Hardy R. Hermawan
Hendayana Musaleft (Aktivis Komite Aksi Mahasiswa Pelajar Pemuda Cilograng, Banten)
Hilmar Farid (sejarawan)
Hendri F Isnaeni (peneliti PSIK Univ. Paramadina)
Hepy Nurwidiamoko
Heri Latief (penyair)

I Wayan Gendo Suardana (aktivis HAM dan demokrasi)
Ibrahim Isa (Wertheim Stichting, Belanda)
Ika Wahyu Priyaryani
Ilang Tri Subekti (Mahasiswa Sejarah FIB UGM)
Imam Nasima (peneliti PSHK)
Imam Shofwan (wartawan)
Imam Wahyudi
Imas Nurhayati (Ecosisters)
Imron Rosyid tr (jurnalis, Solo)
Indah Nurmasari (wartawan)
Inge Mangala
Irham Ali Saifuddin (Pesantren Nurulhuda, Garut)
Irina Dayasih (aktivis perempuan)
Irma Dana (penulis)
Iswan kaputra (Social Worker & Freelance Journalist)
Iwan Samariansyah (wartawan)

Jeffrey Hadler (Departement of South and Southeast Asian Studies di Universitas California, Berkeley)
Jefri Saragih (aktivis sosial)
Johanes Lewi Nugroho (aktivis sosial)
John Pakage, aktivis Papua
Jopi Peranginangin

Kanadianto (Penulis - Politisi)
Krisno Winarno (mahasiswa Sejarah Undip, Semarang)

Laela Achmad
Laili Zailani (direktur Institute for Democracy and Political Justice (INDEPOLIS, Jakarta)
Lestari Wahyu Winarni
Lexy Rambadetta (produser film dokumenter)
Lia Kusumowardhani (jurnalis, London)
Lisa Febriyanti (produser film dokumenter)
Lolly Suhenty
Lukmono Suryo Nagoro

M. Abduh Aziz (Dewan Kesenian Jakarta)
M. Akbar Wijaya (mahasiswa sejarah Undip, Semarang)
M. Alwi Assagaf (Sulawesi Selatan)
M. Berkah Gamulya
M. Faishal Aminuddin (sejarawan, dosen Fisip Unbraw)
M. Yamin Panca Setia (wartawan)
M.F. Mukti (aktivis Masyarakat Indonesia Sadar Sejarah)
Maeda Yoppy
Maria Dian Nurani
Markus Kajoi (KIPRa Papua)
Marlo Sitompul
Maruly Hendra Utama S.Sos.,M.Si
Mawie Ananta Jonie (penyair eksil di negeri Belanda)
Mia Amalia
Mia Wastuti (mahasiswi)
Mimmy Kowel
Mugiyanto (IKOHI)
Mulyani Hasan
Mulyadi (aktifis SARI Solo)
Muslimin Abdila (Al Haraka, Jombang)

Nezar Patria (Ketua Umum AJI)
Ngurah Suryawan (sejarawan)
Nita Ayu (Freelance Translator)
Nong Darol Mahmada (aktivis)
Nor Hiqmah (aktivis Yappika)
Novaldi Azwardi
Nugroho Dewanto (wartawan)
Nurul Kodriati (Health Economist)
Nurul Khawari (Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Nurachman Iriyanto (Masyarakat Advokasi Warisan Budaya)

Odi Salahudin

Palupi Damardini
Parawansa Assoniwora
Patra M Zen (Direktur YLBHI)
Pratono (aktivis Kronik Filmedia Semarang)
Purwadi Djunaedi
Putri Yunifa

R. Nugroho Bayu Aji (alumnus Departemen Sejarah Unair, Surabaya)
Rahung Nasution (film maker)
Rahadi Al Paluri
Ramadhanesia
Randy Syahrizal(Gema Prodem)
Renta Morina Evita Nababan
Rina Kusuma (Kehati)
R.Miryanti (Lembaga Sastra Pembebasan)
Ririn Sefsani (Walhi)
Riyan Aji NUgroho(Ikatan Mahasiswa Sejarah Seluruh Idonesia)
Rivki Maulana Priatna (mahasiswa jurnalistik Fikom Unpad)
Rudy Hb. Daman (pengurus DPP.Gabungan Serikat Buruh Independen)
Rukardi Ahmadi (wartawan)

Saiful Haq
Saleh Abdullah (Insist, Jogjakarta)
Sapariah Saturi (wartawan)
Sari Safitri Mohan
Saurlin siagian (Bakumsu)
Sijo Sudarsono (ISAI)
Simon (IKOHI)
Sinnal Blegur (IKOHI)
Siswa Santoso (peneliti, alumnus Universiteit van Amsterdam)
Slamet Ortega
Steve Mustang
Suar Suroso (penyair eksil, China)
Sutini (Ketua Dewan Perwakilan Anggota HAPSARI (Himpunan Serikat Perempuan
Indonesia) Sumut)
Svetlana Dayani (karyawati, Jakarta)
Syamsuddin Radjab

Tata Septayuda Purnama (wartawan)
Taufik Andrie (wartawan)
Teddy Ardianto H
Tedjabayu Soedjojono
Teguh Santosa (wartawan)
Thanding Sari
Theresia Mike Verawati (Koalisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan dan Demokrasi)
Tjiu Hwa Jioe
Tomas Freitas
Tri Agus Siswowiharjo (aktivis)
Triana Dyah (Librarian)
Tri Okta Sulfa Kimiawan (anak Madiun)
Tyson Tirta (mahasiswa sejarah UI)

Veralin Septyana (karyawan swasta - periklanan)

Victor Silaen (Dosen Fisipol UKI)

Wahyu Susilo (aktivis-cum-sejarawan)
Wening Adityasari (Alummi Sejarah UNDIP)
Willy R. Wirantaprawira, Dr. (Executive Director ASEAN Institute, Jerman)
Wilson (sejarawan)
Wininti Rubay (BSD)

Y.L. Franky (aktivis)
Y.T.Taher (pelaku sejarah, menetap di Australia)
Y.R. Sukardi (Stichting Perhimpunan Dokumentasi Indonesia)
Yanuar Nugroho (peneliti di Univ. Manchester, Inggris dan Business Watch Indonesia)
Yerry Wirawan (mahasiswa PhD EHESS, Sorbone, Paris)
Yudho Raharjo (wartawan)
Yuna Ariyanthi (karyawati, Jakarta)

Zen Rachmat Soegito (sejarawan)
Zely Ariane (KPRM-PRD)


NOTE: Bila masih ada yang ingin mendukung pernyataan sikap ini silahkan sebutkan nama dan institusi. Kirim ke email saya: boni_triyana atau ke ungnap@yahoo.com. Thanks. (Bonnie Triyana)

2 comments:

beruk-kunyuk said...

menurutku malah seorang pemenang adalah orang yg mau menerima perbedaan pendapat dan menghargai sejarah bangsa dan dirinya sendiri,sepahit apapun sejarah itu terjadi di masa lalu.janganlah jadi pengecut dengan membakar atribut yang menjadi simbol masa lalu dan tanpa dosa itu!

Demokrasi Baru said...

Sejarah perkembangan masyarakat saat ini, seperti yang pernah dikatakan oleh para pendahulu, milik para pembesar, dan paling banter milik ambtenar.. Jika ada sejarah massa yang didengung-dengungkan, karena dianggap bisa memicu sejarah massa kembali terulang, maka satu-satunya jalan ialah menghilangkannya...

Berbagai polemik tentang pembakaran buku-buku, yang notabene simbolisasi counter politik dibungkus kesalahkaprahan budaya, sangat akrab di kehidupan para pembesar negeri yang reaksioner. Terlebih lagi, dengan tatanan masyarakat kita yang masih setengah jajahan dan setengah feodal, pembakaran buku merupakan tabiat keputusasaan para pembesar tersebut ketika massa mulai bangkit..