Sunday, January 15, 2023

"Pengakuan" oleh Putu Oka Sukanta

Putu Oka Sukanta di Senayan, Jakarta, pada November 2022


Lelaki itu yang dihormati
Dikawal
Teman kerja yang disebut "pembantu"

Lelaki itu yang dihormati
Siap membaca huruf-huruf
di kertas yang dipegangnya
Tampak bergetar halus
Entah angin sumilir
Sayup-sayup
Entah getaran detak jantung
Padahal dia hadir tidak di Ruang Pengadilan,
Tapi di Balai Pertaruhan Martabat.

Lelaki itu menenangkan jiwa,
ketahuan dari getar suara.

Orang-orang selalu mengharap yang lebih,
Selain memaklumi yang sudah diraih.

Maka lelaki itu membaca
Surat yang disiapkan pasti oleh banyak "pembantu"
... dengan pikiran yang jernih, dan hati yang tulus ... mengakui bahwa pelanggaran hak asasi manusia yang berat memang terjadi di beberapa peristiwa ...

Aku meraba raba dada,
Jantungku belum kena agitasi.
... Saya menaruh simpati dan empati yang mendalam kepada para korban dan keluarga korban ...

Aku mulai merenungkannya,
... memulihkan hak-hak korban secara adil dan bijaksana tanpa
 menegasikan penyelesaian yudisial ...

Tanganku tanpa kuperintahkan,
mengusap dada merangsang imunitas.

Terngiang bagai nyanyian tawon.
... pemulihan luka bangsa,
... tidak akan terulang lagi

Batukku mulai,
diluar kendali

Aku mencari kerlip bintang
Terbentur langit-langit
Layar terbentang menayangkan
Peristiwa-peristiwa melukai bangsa,
Jilatan api
Kilat kelewang
Kepala menggelinding
Lubang ditimbun
menghilangkan jejak.
Siapa itu yang mengapung,
Orang takut mengatakannya.

Lelaki yang membaca kertas itu
Huruf-hurufnya sudah berhenti ditulis
Tidak ada lagi yang dibaca.

Aku berbisik, entah didengarnya,
Entah tidak:
teruskan Bapak, 
"dimana pelaku itu disembunyikan?"

Putu Oka Sukanta
Jakarta, 15.01.23