Thursday, July 13, 2023

Pada Ufuk Kehancuran

Sadrah Prihatin Rianto


Lihat.
Lihat.
Kita diadu domba lagi! 

Kebencian pada sesama
sedang dikobarkan lagi. 

Bahan bakar tengah disiram,
ditumpah-ruahkan ke atas api
yang belum lagi sempat padam.

Kemaha-benaran rasa dan pikir,
tafsir dan makna, 
kuasa dan digdaya 
sedang dipertontonkan. 
Gamblang.
Jelas.
Terang.
Tak henti
Bahkan ketika semesta tengah lelap
dalam gelap yang sunyi.

Dengar.
Dengarkan.
Genderang perang itu ditabuh lagi.
Lebih keras dari tabuhan sebelumnya
Keras memekakkan telinga.

Bisingnya menggelegar
hingga tak terdengar suara lain, 
selain genderang itu.
bertalu-talu.
Getar gelegarnya memecahkan
segala yang bisa dipecahkan.

Terburai sudah bejana
yang belum lagi selesai direkatkan. 
Hancur lagi
Mendebu lagi.

Dan dari yang hancur mendebu itu,
para maha benar tampil
gagah dan berkata: 

"Mereka, saudara kami sendiri itu, 
harus tunduk sujud di kaki kami
Sebab kami maha benar."

"Kami telah dapatkan mandat kebenaran.
Sudah lama kami pegang mandat itu.
Sudah lama kami duduk di singgasana kebenaran itu."

Rasakan.
Rasakanlah.
Sebentar lagi kita hancur
Berkeping
Tak meninggalkan bekas apa-apa
Selain sejarah sebuah kehancuran.

13.07.2023