Wednesday, November 24, 2010

Itu putera2 Atjeh berontak karena mau merdeka, sebab didjadjah tidak enak. Belanda sendiri mengakui tidak enaknja itu. Buktinya dalam buku hikajatnja ada disebut pasal tachtig jarige oorlog buat lepaskan dirinja dari belenggu pendjadjahan."

Kwee Thiam Tjing wartawan Soeara Publiek di Surabaya
pada 1925 ketika melawan opini harian
Soerabajasch Handelsblad dan
Indische Courant yang minta
pemerintah tembak mati
orang Aceh yang melawan
kolonialisme Belanda.

Sesudah proses editing, disain dan proof reading, selama setahun, akhirnya antologi Agama Saya Adalah Jurnalisme sudah naik cetak. Kini saatnya promosi buku. Ia akan secara bertahap masuk ke toko buku di Jawa dan Sumatra bulan Desember 2010. Bulan Januari akan mulai diadakan tour buku mula-mula di Pekanbaru. Harga buku Rp 50,000. ©2010 Andreas Harsono

Tunaliwor Kiwo Torture
Indonesian soldiers allegedlly arrested and tortured Papuan farmer Tunaliwor Kiwo on May 30-June 2, 2010. Why the soldiers are still free?

Kriminalisasi Aspirasi Politik
Mereka menaikkan bendera RMS atau bendera Bintang Kejora. Mereka ditangkap, disiksa, dihukum dengan proses peradilan yang buruk dan kini dipenjara tahunan.

Warisan Kata
Muhammad Fauzi bicara soal warisan kata: Pulitzer Prize, Nieman Fellowship di Harvard atau Knight Fellowship di Stanford.

Obama Has the Power to Help Papua
Young Barack Obama noticed his stepfather’s great unease and silence about his one-year military service in New Guinea. Obama has the power to "the weak man."

Ahmadiyah, Rechtstaat dan Hak Asasi Manusia
Selama satu dekade warga Ahmadiyah di Pulau Lombok diusir dari satu desa ke desa lain. Bagaimana melihat pelanggaran hak asasi manusia ini dari kenegaraan Indonesia?

Monumen Munir di Batu
Munir bin Said Thalib, pejuang hak asasi manusia dari Batu, dimakamkan di kuburan sederhana. Bagaimana dengan ide bikin monumen hak asasi manusia di Batu?

Tokoh Papua Filep Karma menjalani perawatan prostate di rumah sakit PGI Cikini, Jakarta, selama 11 hari. Seorang perawat mengecek tekanan darah Karma sesudah operasi. ©2010 Ricky Dajoh

Kekerasan Berakar di Kalimantan Barat
Lebih dari 70 warga Pontianak dan Singkawang mengeluarkan Seruan Pontianak, minta agar warga berhati-hati dengan tradisi kekerasan di Kalimantan Barat.

Clinton's Chance to Push Beyond Cliche
Hillary Clinton should be careful not to say that Muslims in Indonesia are “moderate” as for members of persecuted religious groups in Indonesia, it is a useless and inaccurate cliche.

Dari Sabang Sampai Merauke
Berkelana dari Sabang ke Merauke, wawancara dan riset buku. Ia termasuk tujuh pulau besar, dari Sumatera hingga Papua, plus puluhan pulau kecil macam Miangas, Salibabu, Ternate dan Ndana.

Training Ganto di Padang
Lembaga media mahasiswa Ganto dari Universitas Negeri Padang bikin pengenalan investigative reporting. Ada 46 mahasiswa dari dari berbagai kota Sumatera plus Jawa dan Makassar.

Homer, The Economist and Indonesia
Homer Simpsons read the dry Economist magazine in a First Class flight. Homer talked about "Indonesia" ... and later The Economist used the Simpsons joke to describe ... Indonesia.

Bagaimana Meliput Agama?
Dari Istanbul dilakukan satu seminar soal media dan agama. Dulunya Constantinople, ibukota kerajaan Romawi Timur, hingga direbut kesultanan Ottoman pada 1453.

Sebuah Kuburan, Sebuah Nama
Di Protestant Cemetery, Penang, terdapat sebuah makam untuk James Richardson Logan, seorang juris-cum-wartawan, yang menciptakan kata Indonesia pada 1850.

Makalah Criminal Collaborations
S. Eben Kirksey dan saya menerbitkan makalah "Criminal Collaborations?" di jurnal South East Asia Research (London). Ia mempertanyakan pengadilan terhadap Antonius Wamang soal pembunuhan di Timika.

Moedjallat Indopahit
Satu majalah didisain sebagai undangan pernikahan. Isinya, rupa-rupa cerita. Dari alasan pernikahan hingga kepahitan sistem kenegaraan Indonesia keturunan Majapahit.

Struktur Negara Federasi
Rahman Tolleng bicara soal struktur federasi di Indonesia. Kuncinya, kekuasaan ditaruh di tangan daerah-daerah lalu diberikan sebagian ke pusat. Bukan sebaliknya, ditaruh di pusat lalu diberikan ke daerah: otonomi. Bagaimana Republik Indonesia Serikat?

Media dan Jurnalisme
Saya suka masalah media dan jurnalisme. Pernah juga belajar pada Bill Kovach dari Universitas Harvard. Ini makin sering sesudah kembali ke Jakarta, menyunting majalah Pantau.

The Presidents and the Journalists
In 1997, President Suharto lectured editors to have "self-censorship." Now President Susilo Bambang Yudhoyono also lectured about "self-censorship." What's wrong?

Burrying Indonesia's Millions: The Legacy of Suharto
Suharto introduced a "business model" for soldiers and businessmen. He built ties to merchants Liem Sioe Liong and Bob Hasan, accummulating immense wealth while using violence to repress dissension.

Kronologi Pengasuhan Norman
Norman kekurangan waktu belajar, istirahat dan bermain sejak dipindahkan ibunya dari Pondok Indah ke Bintaro. Jarak tempuh ke sekolah 120 km pergi-pulang. Ini ibu celaka. Child abuse adalah isu publik.

Polemik Sejarah, Pers dan Indonesia
Kapan "pers Indonesia" lahir? Apa 1744 dengan Bataviasche Nouvelles? Apa 1864 dengan Bintang Timoer di Padang? Soerat Chabar Betawie pada 1858? Medan Prijaji pada 1907? Atau sesuai proklamasi Agustus 1945? Atau kedaulatan Desember 1949?

Murder at Mile 63
A Jakarta court sentenced several Papuans for the killing of three Freeport teachers in August 2002. Why many irregularities took place in the military investigation and the trial? What did Antonius Wamang say? How many weapons did he have? How many bullets were found in the crime site?

Protes Melawan Pembakaran Buku
Indonesia membakar ratusan ribu buku-buku pelajaran sekolah. Ini pertama kali dalam sejarah Indonesia, maupun Hindia Belanda, dimana buku sekolah disita dan dibakar.

Indonesia: A Lobbying Bonanza
Taufik Kiemas, when his wife Megawati Sukarnoputri was still president, collected political money to hire a Washington firm to lobby for Indonesian weapons. This story is a part of a project called Collateral Damage: Human Rights and US Military Aid

Hoakiao dari Jember
Ong Tjie Liang, satu travel writer kelahiran Jember, malang melintang di Asia Tenggara. Dia ada di kamp gerilya Aceh namun juga muncul di Rangoon, bertemu Nobel laureate Aung San Suu Kyi maupun Jose Ramos-Horta. Politikus Marrissa Haque pernah tanya, “Mas ini bekerja untuk bahan tulisan atau buat intel Amerika berkedok ilmuwan?”

State Intelligence Agency hired Washington firm
Indonesia's intelligence body used Abdurrahman Wahid’s charitable foundation to hire a Washington lobbying firm to press the U.S. Congress for a full resumption of military assistance to Indonesia. Press Release and Malay version

From the Thames to the Ciliwung
Giant water conglomerates, RWE Thames Water and Suez, took over Jakarta's water company in February 1998. It turns out to be the dirty business of selling clean water.

Bagaimana Cara Belajar Menulis Bahasa Inggris
Bahasa punya punya empat komponen: kosakata, tata bahasa, bunyi dan makna. Belajar bahasa bukan sekedar teknik menterjemahkan kata dan makna. Ini juga terkait soal alih pikiran.

Dewa dari Leuwinanggung
Saya meliput Iwan Fals sejak 1990 ketika dia meluncurkan album Swami. Waktu itu Iwan gelisah dengan rezim Soeharto. Dia membaca selebaran gelap dan buku terlarang. Dia belajar dari W.S. Rendra dan Arief Budiman. Karir Iwan naik terus. Iwan Fals jadi salah satu penyanyi terbesar yang pernah lahir di Pulau Jawa. Lalu anak sulungnya meninggal dunia. Dia terpukul. Bagaimana Iwan Fals bangkit dari kerusuhan jiwa dan menjadi saksi?

Sunday, November 21, 2010

Tunaliwor Kiwo Torture


Papuan farmer Tunaliwor Kiwo recounts the details of his torture by Indonesian soldiers on May 30 2010 in Tingginambut area. The soldiers arrested Kiwo and his neighbor Telangga Gire when they were travelling in a motorbike from Tingginambut, their hometown to Mulia, the capital of Puncak Jaya regency. Initially, the soldiers just asked for their ID cards. But they pushed them to the back of the military post. Kiwo was tortured till he escaped on June 2.

The torture video was first mentioned to the public on Oct. 18 by the Sydney Morning Herald and Al Jazeera. Later ABC Australia and CNN also broadcasted the brutal torture video. They prompted President Susilo Bambang Yudhoyono to hold a cabinet meeting in which he ordered his defence minister and his generals to arrest the perpetrators and to bring them to justice.

But they're not arrested nor tried till today. Kiwo went into hiding. This video was shot on October 23, 2010 and released by the Papuan Customary Council. Kiwo describes the torture he suffered before escaping from the soldiers on June 2.

Tunaliwor Kiwo testified about his torture inside Indonesian soldiers' military post in Yogorini village, Puncak Jaya, Papua. ©2010 Papuan Customary Council via Engage Media

Thursday, November 11, 2010

Dummy Buku soal Jurnalisme



SESUDAH lewat proses editing, disain dan proof reading, selama setahun, akhirnya antologi Agama Saya Adalah Jurnalisme sudah siap naik cetak. Kini saatnya promosi buku. Saya sedang menyusun cara promosi bersama Kanisius, Jogjakarta.

Buku ini semacam buku panduan. Pembacanya diharapkan mahasiswa, terutama ilmu komunikasi, wartawan muda serta warga umumnya, yang ingin tahu bagaimana (seharusnya) jurnalisme bekerja. Ia punya konteks dengan persoalan-persoalan terkait jurnalisme di Indonesia. Artinya, antologi ini, ditulis antara 1999 dan 2010, bisa diperlukan di Aceh, Jawa, Kalimantan, Papua maupun Timor dan Flores.

Warga tentunya punya harapan terhadap media massa mereka, tapi juga belum tentu tahu standar baku dalam praktik jurnalisme. Buku ini memberi tahu apa-apa yang kurang dalam jurnalisme di Indonesia, sekaligus menuntun apa yang sebaiknya dilakukan. Esensinya, sistem demokrasi di Indonesia pasca-Soeharto, membutuhkan jurnalisme yang bermutu. Makin bermutu jurnalisme, makin maju masyarakat.

Buku ini bisa juga dibaca sebagai kritik. Bisa juga sikap mengingatkan. Bisa pula sikap mengamati tanpa perlu terlibat di dalamnya. Ia bentuk dari apa yang mesti diketahui orang ramai, yang merasa bagian audiens dari media massa, dan tergerak untuk bertanya soal kekurangan media.

Ada beberapa endorsement terhadap antologi ini. Ia datang dari beberapa wartawan terhormat: Atmakusumah Astraatmadja (Jakarta), Bill Kovach (Washington DC), Benny Giay (Port Numbay), Otto Syamsuddin Ishak dan (Banda Aceh) dan Lily Yulianti Farid (Makassar).


“Jurnalisme masa kini sudah berubah dari jurnalisme masa lampau. Buku ini mengindikasikan perubahan lebih jauh pada masa depan.”

Atmakusumah Astraatmadja Lembaga Pers Dr. Soetomo, Jakarta, penerima Ramon Magsaysay Award for Journalism, Literature, and Creative Communication Arts

"This book can help journalists and citizens alike understand the importance of independent journalism to democracy."

Bill Kovach chairman Committee of Concerned Journalists, Washington DC

“Andreas … Dorang bahas dan persoalkan barang-barang yang disembunyikan.”

Benny Giay Sekolah Tinggi Theologia Walter Post, Sentani, Papua

"Seumpama kitab hadih maja yang mengandung petuah. Andai sudah selaiknya beragama, lampoh jerat digadaikan, begitu kukuh tekadnya berjurnalistik.”

Otto Syamsuddin Ishak Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

"Ancaman jurnalisme, setara dengan peluru atau sensor, adalah bisnis media yang memompa laba, memangkas biaya redaksi serta menutup kesempatan peningkatan mutu. Andreas Harsono mengajak kita bersiap hadapi ancaman."

Lily Yulianti Farid www.panyingkul.com Makassar


UPDATE 24 November 2010
Kanisius sudah menentukan harga buku Rp 50,000. Buku akan mulai distribusi bulan Desember. Kanisius memiliki kantor dan gudang di Jogjakarta, Jakarta, Surabaya, Bandung dan Palembang. Mereka akan distribusikan buku lewat toko buku Gramedia dan Gunung Agung maupun toko-toko kecil yang sering dikunjungi mahasiswa. Mulai bulan Januari, kami juga hendak rancang serangkaian bedah buku di beberapa kota Sumatra, Jawa, Pontianak (Borneo), Manado dan Makassar (Sulawesi) serta Port Numbay (Papua).

Monday, November 01, 2010

Asmara Victor Michael Nababan


Peti jenasah Asmara Victor Nababan disemayamkan di Komnas HAM pada 1 November 2010. Berpakaian hitam, duduk dekat peti, adalah keluarga Nababan (dari kiri ke kanan): Aviva Selma Bulan Nababan (putri bungsu), Natasha Ruth Mariana Nababan (putri tengah), Juanita Miryam Hotmaida Nababan (putri sulung), Magdalena Sitorus (isteri), SAE Nababan dan isteri (abang serta kakak ipar), Sarina Attaliotis (menantu) dan Yehonathan Uli Asi Nababan (putra).


PADA akhir 1993, saya meliput sebuah pemogokan buruh pabrik garment dan mereka mengadu ke Komnas HAM. Lembaga ini belum punya kantor. Ia menumpang di kantor Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, dekat Istana Merdeka. Saya sudah mulai dengar reputasi Komnas HAM namun belum yakin apakah lembaga ini bukan sekedar pemanis rezim Presiden Soeharto, yang terkenal bengis dalam menginjak-injak hak asasi manusia, dari Aceh hingga Papua, dari Jawa hingga Timor Timur.

Ketika para buruh sedang mengadu bersama Sekretaris Jenderal Komnas HAM Baharuddin Lopa, masuklah seorang lelaki, rambut gondrong ikal, menyandang tas kain dan pakai sandal. Dia memberikan hormat dengan kedua telapak tangan ditaruh di dada. Itulah perkenalan saya pertama dengan Asmara Nababan.

Seiring waktu, saya bekerja sebagai wartawan, saya on and off, meliput kiprah Nababan. Saya juga lantas kenal dengan abang-abangnya, SAE Nababan, Indra Nababan dan Panda Nababan. Saya juga suatu hari dapat tumpangan mobil serta diperkenalkan kepada isterinya, Magdalena Sitorus, yang setir mobil.

Selama mengenal Nababan, saya kira pelan-pelan mulai percaya pada kerendahan hati, kejujuran dan keberanian dia. Nababan salah satu aktivis hak asasi manusia paling bermutu di Indonesia. Dia pernah jadi anggota beberapa Tim Pencari Fakta, antara lain, pada kasus kerusuhan Juli 1996, kerusuhan Mei 1998 maupun Timor Timur 1999. Dia juga ikut menyelidiki kasus pembunuhan Munir pada 2004.

Dia bukan hanya aktif di Komnas HAM namun ikut mendirikan atau mengurus berbagai macam organisasi masyarakat sipil, termasuk Kontras, Elsam, Demos, Komunitas Indonesia untuk Demokrasi, Infid, Perkumpulan HAK di Dili maupun Human Rights Resource Center for Asean.

Nababan meninggal dunia akibat sakit kanker paru-paru. Ia meninggal di rumah sakit Fuda, Guangzhou, pada 28 Oktober 2010 pukul 12.30. Nababan kelahiran Siborong-Borong, Tapanuli Utara, pada 2 September 1946.