Tuesday, November 30, 1999

Beasiswa untuk Wartawan

Andreas Harsono
Institut Studi Arus Informasi


Akhir November lalu saya bertemu dengan seorang wartawan penerbitan Hongkong yang bekerja di Singapura. Dia mengajak makan malam dan bertanya apa untungnya mendapatkan beasiswa di Amerika Serikat. Ketemunya di sebuah café di Harvard Square, di pusat kota Cambridge, beberapa saat setelah saya ikut kuliah di Universitas Harvard.

Saya jawab kalau enaknya mungkin tidak perlu dikatakan. Banyak sekali. Tapi justru tidak enaknya yang perlu didaftar. Dia tertawa. Calon isterinya juga tersipu-sipu. Kami memesan makan malam kami. John Harvard Café mulai penuh dengan orang.

“Apa tidak enaknya?” ujar teman wartawan ini.

Mungkin yang paling tidak enak adalah pertanyaan apakah kita bisa dengan mudah beradaptasi dengan tempat di mana kita bekerja kelak setelah pulang ke tanah air. Jangan-jangan kita malah jadi tukang bikin onar. Setelah sekolah setahun di tempat yang serba wah, mungkin kita bakal punya anggapan bahwa nilai-nilai yang dulu kita anggap biasa, sekarang sulit untuk diterima orang lain. Sederhananya, kita bisa kehilangan orientasi, kita bisa salah menilai diri kita sendiri.

Seorang wartawan senior di Indonesia mengatakan kita bisa jadi “spoiled brat” –seorang anak yang rusak dan kepribadiannya tidak menyerangkan. “Kalau Anda pikir bahwa lembaga Anda akan menghargai waktu yang Anda investasikan di sini dan menghargai Anda, saya kuatir Anda salah,” ujar Chris Hedges dari The New York Times.

Nieman Hingga Columbia- Banyak organisasi internasional menawarkan program beasiswa di seluruh dunia. Cambridge, kota tempat kampus Harvard, menawarkan program Nieman Fellowship on Journalism

Bukan itu saja. Beasiswa buat wartawan juga bisa menimbulkan ketegangan dalam perkawinan sang penerimanya. Logikanya sederhana. Sang wartawan sekolah lagi, ikut seminar, bertemu profesor, baca buku, mengasah otak, sementara si istri atau di pacar mungkin harus meninggalkan karirnya, lalu sibuk mengurus anak, memasak, tinggal di apartemen yang sempit dan hidup dengan dana terbatas. Hidup tidak senyaman di Indonesia.

Saya beri contoh pada program yang saya ikuti. Pada dekade-dekade awal berdirinya Nieman Fellowship, program beasiswa ini bukan saja meningkatkan mutu para pesertanya tapi juga menghasilkan banyak perceraian. Pilihannya memang sulit. Keluarga ditinggal di rumah susah. Dibawa sekolah juga susah.

Namun Nieman Foundation memperbaiki diri dalam sepuluh tahun terakhir ini dengan melibatkan para istri atau suami. Semua program untuk peserta dinyatakan terbuka buat pasangan mereka. Para istri juga diberi kartu perpustakaan untuk meminjam buku dari perpustakaan raksasa Harvard.

Namun enaknya juga banyak. Umumnya program-program beasiswa buat wartawan yang diberikan di Amerika Serikat menekankan unsur human development. Mulai dari Nieman Fellowship di Harvard hingga Knight Fellowship di Universitas Stanford, dari yang tidak pakai gelar hingga yang bergelar, dari yang empat bulan hingga yang setahun, tujuannya sama: membuat wartawan menjadi wartawan yang lebih baik.

Nieman, Knight dan Michigan Journalism Fellowship memberikan kebebasan kepada fellow (peserta) mereka untuk ikut kuliah dua semester di universitas masing-masing. Kuliah didisain sesuai kebutuhan peserta. Yang suka masalah politik bisa kuliah pemerintahan. Tapi ada juga jurusan hukum, kedokteran, ekonomi, seni, biologi, filsafat dan lain-lain.

Di Cambridge kami setiap minggu sekali wajib mengikuti diskusi internal tentang jurnalisme di Nieman Foundation. Peserta merasa banyak belajar mengenai jurnalisme justru lewat diskusi-diskusi ini. Kemampuan mereka untuk membedakan mana yang adil, mana yang benar, mana yang etis dan mana yang berita, digenjot dan dipertajam setiap minggu oleh kurator Nieman Foundation Bill Kovach. Wartawan kawakan dari The New York Times ini selalu menekankan pentingnya menjaga integritas wartawan. Kovach mempersiapkan murid-muridnya untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai jurnalisme.

Indonesia butuh lebih banyak wartawan

Saya jelaskan kepada teman dari Singapura itu, alangkah baiknya, kalau lebih banyak wartawan Indonesia yang juga mau mencari beasiswa. Dalam era pasca-Presiden Suharto, wartawan Indonesia tidak bisa terlalu mempertimbangkan faktor tidak enak. Kebebasan pers di Indonesia perlu cepat-cepat diperkuat antara lain dengan mengembangkan kemampuan jurnalisme dan memperbanyak jumlah wartawan yang memperdalam ilmunya.

Dalam dua tahun ini di Indonesia mungkin ada lebih dari 1,000 penerbitan baru. Radio-radio berlomba-lomba bikin berita. Televisi sedang menambah jumlah stasiunnya. Pemain baru juga muncul lewat internet. Lapangan kerja tercipta dengan cepat. Industri media bergeliat dengan penuh gairah.

Tapi sumber daya manusia di bidang media sangat terbatas. Banyak media baru tapi sedikit wartawan. Redaktur juga banyak yang tidak memenuhi syarat. Lembaga pendidikan kurang siap. Di Indonesia hanya ada beberapa perguruan tinggi yang punya jurusan jurnalisme: Universitas Pajajaran Bandung, IISIP Jakarta, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Massa Surabaya.

Dibandingkan negara-negara Asia lainnya, wartawan Jakarta juga termasuk ketinggalan dalam mencari beasiswa. Ambil contoh Nieman Foundation di Universitas Harvard. Indonesia sejak program ini berdiri 1938 hanya memiliki tiga alumni: Sabam Siagian (The Jakarta Post), Goenawan Mohamad (Tempo) dan Ratih Hardjono (Kompas).

Coba kita bandingkan dengan Jepang (26), India (17) dan Cina (14). Atau kalau mau dibandingkan dengan negara-negara Asia yang lebih kecil: Korea Selatan (19), Filipina (11), Malaysia (4) dan Thailand (4). Indonesia hanya lebih tinggi dari Vietnam (2) dan Singapura (1).

Beasiswa ini macam-macam. Ada yang program satu tahun, ada yang pertukaran wartawan, ada hibah buat proyek tertentu, ada waktu buat menulis dan lain-lain. Syaratnya juga beda-beda. Untuk wartawan muda. Untuk paruh karir. Ada yang umum namun ada pula untuk wartawan spesialis: bisnis, lingkungan hidup, olah raga, kesehatan, ilmu pengetahuan dan lainnya. Di Amerika Serikat mungkin ada lebih dari 300 program beasiswa buat wartawan.

Bagaimana mendapatkannya?

Rekan dari Singapura itu bertanya bagaimana strategi mendapatkan beasiswa? Bagaimana cara membuat proposalnya? Mungkin untuk wartawan Indonesia di mana bahasa Inggris bukan merupakan bahasa ibu perlu ditambah dengan pertanyaan seberapa jauh kemampuan bahasa Inggris diperlukan?

Boleh jadi pendekatan mendapatkan beasiswa yang baik sama dengan cara kita mendekati suatu berita. Kita tahu di luar kepala bahwa kita wajib memperhatikan unsur 5W 1H (what, who, why, where, when, how). Lebih banyak detail yang didapat lebih baik. Kalau seorang wartawan datang ke sebuah lokasi, ia diharapkan untuk memperhatikan dari jenis lantai hingga warna dinding lokasi tersebut. Keterangan waktu selalu dicek ulang. Ejaan nama jangan salah!

Mendapatkan beasiswa juga demikian. Kita harus tahu siapa yang terlibat dalam proses penyaringannya? Siapa orang-orang yang bisa kita mintai rekomendasi hingga orang-orang yang duduk dalam tim seleksi. Apa tujuan lembaga pendidikan tersebut mengeluarkan beasiswa? Bagaimana proses seleksinya? Di mana dan berapa lama beasiswa itu diberikan? Apa saja syarat-syaratnya? Buat yang muda atau buat yang paruh-karir?

Bikin riset yang kuat. Pergunakan internet. Semua program buat wartawan, boleh percaya boleh tidak, bisa didapatkan syarat-syarat bahkan formulirnya lewat internet. Ada program yang tidak menyediakan dana buat para peserta. Tapi kebanyakan mereka membantu peserta yang lolos untuk mendapatkan dana. Besarnya antara $25,000 hingga $60,000 setahun tergantung lokasi dan biaya hidup. Sediakan waktu yang cukup, katakanlah setahun, untuk mempersiapkan proposal.

Soal bahasa Inggris, Kovach mengatakan bahwa kita toh tidak diharapkan menulis (secara profesional) dalam bahasa Inggris. Kovach bahkan tidak menganjurkan peserta Nieman untuk belajar bahasa apapun ketika mereka ada di Harvard. “Anda bisa belajar bahasa di mana pun tapi tidak semua kuliah di Harvard bisa Anda dapatkan di tempat lain,” ujar Kovach.

Mungkin ukurannya adalah kemampuan kita untuk berdebat atau membuat laporan dalam bahasa Inggris. Atau setidaknya kita bisa mengerti kuliah profesor kita walaupun sedang mengantuk berat karena semalam begadang. Jangan lupa bahwa mayoritas teman kelas kita adalah orang Amerika dan mereka bicara bahasa Inggris sejak bayi!

Rekomendasi biasanya memainkan peran penting. Kalau Anda mendapatkan rekomendasi dari wartawan-wartawan Indonesia yang pada jaman Presiden Suharto ikut bertanggungjawab atas penindasan pers, kemungkinannya rekomendasi itu hanya berlaku untuk lembaga-lembaga pendidikan yang kurang begitu baik. Tapi kalau rekomendasi datang dari wartawan asing maupun Indonesia yang punya nama harum, setidaknya itu sudah menjadi bekal yang bagus agar lamaran Anda diperhatikan.

Tapi bagaimana pun bagusnya surat lamaran Anda, sebagai wartawan, kita harus ingat hukum penting dalam jurnalisme: fairness. Kita harus fair terhadap lembaga di mana kita melamar dan juga fair terhadap diri kita sendiri. Ada self-respect terhadap diri sendiri.

Ketika saya hendak mengirimkan lamaran, saya sempat diberitahu seorang rekan di Jakarta bahwa program-program yang saya incar di Amerika Serikat adalah fellowship buat wartawan-wartawan yang “lebih senior.” Saya termasuk junior kalau dibanding dengan Siagian, Goenawan atau Hardjono. Sempat grogi juga.

Tapi saya putuskan untuk mempelajari usia atau karir alumni program-program tersebut. Ternyata dalam sejarah Nieman Fellowships ada seorang peserta yang umurnya baru 22 tahun! Saya jauh lebih tua dari peserta tersebut. Saya juga perhatikan peserta dari negara-negara lain. Ternyata banyak yang usianya atau karirnya setara dengan saya.

Tak terasa sudah dua jam kami bicara. Sayap ayam masak kecap kami lahap dengan cepat. Sebelum kami meninggalkan John Harvard Café, teman wartawan itu dengan hangat mengucapkan terima kasih. Ia merasa yakin bahwa ia memang harus mengejar beasiswa itu. Saya juga senang karena telah membantunya. Mudah-mudahan saya juga bisa membantu wartawan-wartawan lain di Indonesia.

Di luar udara dingin sekali. Musim dingin mulai menggigit tulang.

Dari Nieman hingga Columbia

Andreas Harsono
Institut Studi Arus Informasi

Di seluruh dunia ada ratusan beasiswa buat wartawan. Salah satu negara yang paling banyak memberikan beasiswa buat wartawan –dalam format yang bermacam-macam— adalah Amerika Serikat. Di bawah ini adalah ringkasan dari sebagian kecil dari beasiswa tersebut. Mayoritas di Amerika tapi ada beberapa di Inggris. Bagi yang tertarik untuk mengetahui lebih banyak, silahkan melihat website berbagai organisasi media internasional yang memberikan informasi soal beasiswa wartawan.

Diolah dari www.icij.org dan www.rtnda.org


FELLOWSHIP (setahun dan di perguruan tinggi)

Universitas Harvard - Nieman Foundation for Journalism
Diberikan setiap tahun kepada 24 wartawan paruh-karir (12 Amerika dan 10-12 international) untuk satu tahun akademik. Peserta mendisain sendiri studi mereka dan semua ruang kuliah di Harvard terbuka buat mereka. Tidak ada kredit atau gelar. Alumni dari Indonesia termasuk Sabam Siagian, Goenawan Mohamad dan Ratih Hardjono.
Kontak: Bill Kovach, Susan Goldstein, (617) 495 2238
Beasiswa: Uang kuliah, uang saku $40,000; peserta internasional dibantu mencari dana
Deadline: 31 Januari 31 (Amerika), 1 Maret (Internasional)
E-mail: sgoldstein@harvard.edu
Web: http://www.nieman.harvard.edu

Universitas Stanford - John S. Knight Fellowship
Stanford menyediakan satu tahun akademik, perkembangan intelektual dan kepribadian buat pesertanya. Program ini diberikan kepada 12 wartawan Amerika dan enam internasional. Salah seorang alumni dari Indonesia termasuk Aristides Katoppo (Sinar Harapan).
Beasiswa: uang sekolah, uang saku $50,000, dana beli buku
Deadline: 1 Februari
Kontak: James Risser, (650) 723 4937
E-mail: knightfellow@forsythe.stanford.edu
Web: http://www.stanford.edu/dept/communication/general/knightfellow.html

Universitas Michigan - Michigan Journalism Fellowship
Menerima baik wartawan Amerika maupun internasional. Programnya sama dengan Nieman dan Knight. Selama setahun para peserta boleh mengambil kuliah apa saja. Nieman, Knight dan Michigan adalah rival satu dengan yang lain. Beda dengan Nieman dan Knight, Michigan di kota Ann Arbor ini belum pernah menerima peserta dari Indonesia.
Beasiswa: Uang kuliah, uang saku $40,000
Deadline: February 1
Kontak: Charles Eisendrath, 734.998.7666
E-mail: drath@umich.edu
Web: http://www.mjfellows.org

Massachusetts Institute of Technology - Knight Science Journalism Fellowship
Beasiswa untuk 10 wartawan khusus di bidang sains, kesehatan, teknologi atau lingkungan hidup. Mereka berhak tinggal di MIT Cambridge selama setahun dan mengambil berbagai matakuliah baik di MIT maupun Harvard. Minimal tiga tahun pengalaman di bidangnya penuh waktu.
Beasiswa: $35,000 uang saku to cover living costs
Deadline: 1 Maret 1
Kontak: Martha Henry atau Boyce Rensberger, (617) 253 3442
E-mail: boyce@mit.edu
Web: http://web.mit.edu/knight-science/

Ohio State University - Kiplinger Public Affairs Fellowships for Journalists
Beasiswa untuk delapan wartawan khusus masalah kemasyarakatan dan pemerintahan (ilmu politik). Peserta mendapat gelar master di bidang jurnalisme setelah menyelesaikan program selama setahun. Mereka juga diminta menjadi asisten dosen.
Beasiswa: Uang kuliah, biaya hidup $20,000
Deadline: 1 Januari
Kontak: Pam Hollie Kluge, (614) 292 2607
E-mail: kip-program@osu.edu

Universitas Harvard -- Edward S. Mason Program in Public Policy and Management
Program ini bernaung di bawah Kennedy School of Government di Universitas Harvard dan dibuat untuk mereka yang diperkirakan akan menjadi pemimpin di masa depan. Selama setahun para peserta diberi kesempatan untuk mengambil program master di bidang pemerintahan (berbagai spesialisasi). Para pelamar kebanyakan dari lembaga pemerintahan tapi juga banyak yang datang dari partai, organisasi nonpemerintah maupun media. Bambang Harymurti dari TEMPO dan Agus Wirahadikusumah dari TNI adalah alumni Mason Program. Jumlah peserta program ini tidak tetap tapi antara 60 hingga 70 orang.
Beasiswa: biaya perjalanan, biaya hidup dan kuliah
Kontak: Office of International Development Program Universitas Harvard
Tel. (617) 495-2133 Fax: (617) 495-9671
Email: idprograms@ksg.harvard.edu

Hubert H. Humphrey Fellowship Program
Program ini diperuntukkan wartawan dari negara berkembang, Eropa Timur dan bekas Uni Soviet untuk belajar selama setahun di sebuah universitas di Amerika yang mereka pilih sendiri. Mereka harus ikut tes agar bisa diterima di universitas pilihannya. Selain mengikuti kegiatan akademik, peserta juga mengikuti diskusi jurnalisme di Washington D.C.
Beasiswa: uang kuliah, apartemen, biaya hidup
Kontak: Hubert H. Humphrey Fellowship Division, Institute of International Education
Tel. (202) 326 7701
E-mail: hhh@iie.org or humphrey@usia.gov

Louisiana State University - Manship Fellowship
Satu atau dua wartawan internasional dipilih setiap tahun untuk pragram 12 bulan ini (tiga semester termasuk summer). Peserta mendapatkan gelar master komunikasi setelah menyelesaikan program ini.
Beasiswa: Sekitar $10,200 untuk uang kuliah, akomodasi dan biaya perjalanan
Kontak: Richard Alan
Tel: (504) 388-2336 Fax: (504) 388-2125
E-mail: rnelson@unix1.sncc.lsu.edu


Riset, penulisan buku dan proyek foto

Jennings Randolph Program for International Peace, United States Institute of Peace
Program ini diberikan untuk 14 peserta dari berbagai profesi termasuk wartawan. Prioritas diberikan kepada mereka yang mempunyai proyek penelitian atau penulisan untuk mengatasi atau menawarkan jalan keluar dari pertikaian-pertikaian internasional. Para peserta menjalankan proyek mereka di Washington D.C. Beasiswa selama 12 bulan dan mulai bulan September. Beasiswa termasuk asuransi kesehatan dan ongkos perjalanan.
Tel: (202) 429-3886 Fax: (202) 429-6063
E-mail: jrprogram@usip.org

Media Studies Center Residential Fellowship Program
Program ini didanai Freedom Forum untuk 10 hingga 12 peserta setiap tahun. Beasiswa diberikan kepada wartawan atau akademisi yang tertarik untuk mempelajari isu media secara mendalam. Peserta ditempatkan di New York antara tiga bulan hingga satu tahun tergantung riset yang mereka adakan. Uang saku disediakan sesuai dengan gaji masing-masing peserta. Rumah, ruang kerja dan sekretariat juga disediakan.
Kontak: Larry McGill
Tel: (212) 317-6500 Fax: (212) 317-6572
E-mail: McGill@ffnyc.mhs.compuserve.com

The Reuter Foundation Fellowship Programme
University of Oxford, Green College
Program ini untuk wartawan cetak maupun tulis dari seluruh dunia untuk belajar di Universitas Oxford, Inggris, antara tiga hingga sembilan bulan. Reuter Foundation menyediakan dana buat peserta dari negara berkembang macam Indonessia.
Tel: (44-186) 551-2542 Fax: (44-186) 551-3576
E-mail: godfrey.hodgson@green.ox.ac.uk

The University of Hawaii Asia Fellowship
Program ini memberi kesempatan kepada enam wartawan paruh-karir untuk meningkatkan pemahaman mereka akan masalah-masalah Asia. Program ini berjalan sejak 1 Agustus hingga 31 Mei (18 kredit per satu tahun akademik). Ada dua tambahan bangku khusus untuk wartawan dari Asia Timur.
Beasiswa: Uang saku, uang kuliah, lengkap didanai
Kontak: D.W.Y. Kwok
Tel: (808) 956-7123/7733 Fax: (808) 956-9600

Woodrow Wilson International Center for Scholars Fellowships
Program ini punya sekitar 20 bangku untuk berbagai macam profesi termasuk wartawan. Para peserta tinggal di Woodrow Wilson Center selama satu tahun akademik (September hingga Mei). Prioritas diberikan kepada pelamar dengan proposal yang bagus di bidang kemanusiaan, ilmu sosial atau masalah internasional.
Beasiswa: uang saku $41,600 termasuk biaya perjalanan
Tel: (202) 691-4170
E-mail: fellowships@wwics.si.edu

University of Missouri-Columbia, School of Journalism
Program ini menyediakan dana buat seorang wartawan dari Eropa Timur serta dua bangku buat peserta dari Cina. Namun pelamar yang bisa menyediakan dananya sendiri tetap terbuka untuk diterima. Indonesia adalah salah satu negara transisi yang kemungkinan besar menarik buat pengelola program ini. Program ini menarik karena di universitas ini juga terdapat sebuah unit yang khusus bergerak di bidang pelatihan jurnalisme investigasi.
Kontak: Professor Byron Scott
Tel: (573) 882-7792 Fax: (573) 882-9002
E-mail: byron_scott@jmail.jour.missouri.edu

Duke University - DeWitt Wallace Center for Communications and Journalism
Wartawan dari seluruh dunia bisa melamar untuk studi di universitas ini dari beberapa minggu hingga satu tahun akademik. Para peserta mendisain sendiri kebutuhan akademiknya dengan menghadiri kuliah, ceramah, seminar, pertunjukan seni dan sebagainya. Pendanaan diusahakan sendiri namun pihak universitas membantu memberikan rekomendasi bila pelamar lolos seleksi.
Kontak: Dee Reid
Tel: (919) 613-7330 Fax: (919) 684-4270
E-mail: dee@pps.duke.edu

Universitas Harvard - Joan Shorenstein Center on the Press, Politics, and Public Policy Fellowships
Beasiswa ini dibuat selama enam bulan untuk sejumlah kecil wartawan dari berbagai penjuru dunia yang berniat menulis buku atau bikin riset. Program ini ada dalam naungan Kennedy School of Government di Universitas Harvard. Peserta diminta menulis makalah 30 halaman selama mereka ada di Harvard. Setiap minggu mereka juga diminta hadir dalam diskusi soal media dan politik.
Beasiswa: Uang saku $15,000, biaya perjalanan dan biaya hidup tidak ditanggung
Kontak: Edith Holway
Tel: (617) 495-8269 Fax: (617) 495-8696
E-mail: Edith_Holway@Harvard.edu

Alfred Friendly Press Fellowship
Program ini untuk 10 wartawan cetak dari negara berkembang atau transisi. Peserta akan ditempatkan di berbagai kantor berita di seluruh Amerika Serikat selain mengikuti pertemuan-pertemuan rutin di Washington D.C. Berbeda dengan mayoritas fellowship, yang kebanyakan buat wartawan paruh-karir dengan pengalaman sekitar 10 tahun, program ini diutamakan untuk wartawan muda dengan prestasi yang menjanjikan.
Beasiswa: Biaya perjalanan, biaya magang dan uang saku $1,400 per bulan.
Kontak: John Sirek
Tel: (202) 416-1691 Fax: (202) 416-1695
E-mail: afpf@aol.com

Freedom Forum/American Society of Newspaper Editors International Journalism Exchange
Program pertukaran ini buat 10 wartawan non-Amerika dan non-Eropa Barat. Mereka diundang ke Amerika Serikat selama lima minggu –sebulan di antaranya untuk magang di sebuah suratkabar Amerika Serikat. Redaktur dari negara-negara transisi, termasuk Indonesia, akan diprioritaskan dalam seleksi program ini.
Beasiswa: Biaya perjalanan, rumah dan uang saku
Kontak: International Center for Journalists
Tel: (202) 737-3700 Fax: (202) 737-0530
E-mail: editor@icfj.org

Freedom Forum International Journalists-in-Residence Program
Program ini untuk 12 wartawan dari Afrika, Asia, Eropa Timur, bekas Uni Soviet dan Amerika Selatan. Tujuannya adalah mempekenalan para peserta dengan media Amerika. Programnya selama empat bulan di mana peserta dicangkokkan di sebuah universitas di Amerika Serikat.
Beasiswa: Biaya perjalanan, rumah dan uang saku
Kontak: International Journalists-in-Residence Program
Tel: (703) 284-2860 Fax: (703) 528-3520
E-mail: intl@freedomforum.org

Jefferson Fellowship - East-West Center Media Program
Enam wartawan Amerika dan enam wartawan dari Asia Pacific dipilih setiap tahun untuk mengikuti program pertukaran ini di East-West Center di Hawaii. Para peserta mengikuti seminar awal mengenai masalah-masalah gawat di Asia Pacific. Mereka lantas diberi biaya untuk bepergian ke Amerika (untuk wartawan Asia) dan ke Asia (untuk peserta Amerika) selama empat minggu sebelum kembali ke Honolulu untuk seminar akhir. Tujuannya adalah tukar-menukar pendapat.
Beasiswa: Uang saku, biaya hidup, biaya perjalanan
Kontak: Webster K. Nolan
Tel: (808) 944-7192/7199 Fax: (808) 944-7670
E-mail: nolanw@ewc.hawaii.edu

University of Rhode Island Graduate School of Oceanography
The Metcalf Institute for Marine and Environmental Reporting
Sekolah ini menawarkan 12 kursi buat wartawan dari berbagai media dan negara yang mempunyai spesialisasi di bidang lingkungan hidup dan kehidupan laut. Mereka diundang mengikuti sanggar kerja selama empat hari bersama para periset dan pengambil keputusan di bidang ini. Lama pendeknya program lanjutan sangat beragam.
Beasiswa: Uang saku, akomodasi dan tanpa biaya perjalanan
Kontak: Jackleen de La Harpe
Tel: (401) 874-6499 Fax: (1-401) 874-6486
E-mail: jack@gso.uri.edu

Willie Vicoy Fellowship
Program ini khusus untuk wartawan foto untuk selama satu semester belajar di Universitas Missouri. Para peserta harus dari negara berkembang. Mereka diberi kesempatan untuk belajar dan praktek lebih jauh soal fotografi media.
Beasiswa: Uang kuliah, uang saku dan biaya perjalanan
Kontak: Reuter Foundation
Tel: (44-171) 542-2913

World Press Institute Fellowship
Program ini menyediakan 10 kursi untuk wartawan internasional agar bisa tinggal selama empat bulan di Amerika Serikat. Peserta bepergian selama tiga bulan untuk mengetahui Amerika, dari bisnis, pemerintahan, masyarakat, masalah sosial, pendidikan, kesehatan dan sebagainya, sesuai minat masing-masing. Waktu sebulan dipakai untuk diskusi baik di ujung dan di akhir program. Program ini menarik buat wartawan muda yang ingin mengenal kehidupan Amerika.
Beasiswa: Biaya perjalanan, per diem $25 per diem dan biaya akomodasi
Kontak: John Hodowanic
Tel: (612) 696-6360Fax: (612) 696-6306
E-mail: wpi@macalister.edu

W. Eugene Smith Memorial Fund
Lembaga ini memberi hibah senilai $20,000 buat seorang wartawan foto yang hendak mengerjakan sebuah proyek foto kemanusiaan.
Kontak: International Center of Photography
Tel: (212) 860-1777 Fax: (212) 360-6490