Saturday, July 27, 2013

Melarung Abu di Pasir Putih


Saya membaca kotak berisi kuali tanah liat dimana abu Papa disimpan sesudah kremasi. Perjalanan mobil Jember-Pasir Putih sekitar tiga jam. 

SAYA dan saudara serta kerabat pergi melarung abu Papa di pantai Pasir Putih, Situbondo. Perjalanan sekitar tiga jam dari Jember. Kami naik tiga mobil. Kami sekeluarga memutuskan kremasi ketika Papa meninggal pada 20 Juli 2013. Kremasi diadakan pada 24 Juli di Arjasa, sebuah tempat kremasi buat banyak orang Tionghoa, terletak di luar kota Jember.

Febrina dgn kendi berisi abu Papa.
Febrina, adik saya nomor delapan, tampaknya banyak berpikir dengan kematian Papa. Dia memegang kuali tanah liat dibungkus kain merah berisi abu Papa.

Kami menyewa dua perahu. Ombak agak besar sehingga kedua perahu terpisah. Febrina, Hardian (adik nomor sepuluh) serta saya berada satu perahu. Kami yang menebarkan abu Papa dan bunga mawar merah ke laut. Agak susah mengambil gambar dengan perahu bergoyang-goyang.

Febrina dalam perahu ketika melarung abu Papa. 

Bermain di pantai sesudah melarung.
Setelah acara larung selesai, kami main di pinggir pantai, sembari mengenang Papa, yang sejak kecil sering bermain juga di pantai ini. Kami lantas makan ikan bakar di sebuah warung dekat pantai. Pulang ke Jember hari sudah sore. Namun kami sempatkan makan malam bersama, saya bersama delapan adik saya. Ada seorang adik yang berhalangan hadir dalam kremasi Papa.