Tuesday, August 30, 2005

Wartawan Terjun Payung dari Jakarta

Aku kebetulan lagi luntang-lantung Banda Aceh, Lhoknga dan Sabang selama seminggu ini. Kau tahu warung kupi CoHA?

Ini bukan singkatan Cessation of Hostility Agreement ala Henry Dunant Center dari Geneva –perjanjian perdamaian damai yang gagal dijalankan di Aceh-- tapi "Kongkow-kongkow Ha-ha" ala wartawan Banda Aceh.

Warung ini ada dekat Simpang Lima, Banda Aceh. Tempatnya sederhana. Cuma ukuran 3x10 meter. Ada jual nasi gurih. Kupi digoreng sendiri. Si paman pemilik warung menyediakan dinding warungnya untuk tempel pengumuman macam-macam.

Di warung kupi ini aku dengar keluhan wartawan-wartawan Banda Aceh soal SCTV dan Metro TV. Intinya, mereka bilang ada kesepakatan bahwa selama pertemuan dengan jurubicara GAM Sofyan Daud, sesama kamerawan dan fotografer tak memotret sesamanya.Ternyata, menurut mereka, SCTV dan Metro TV melanggar.

Mereka sempat maki-maki tuh "wartawan Jakarta" --reporter sistem terjun payung dari Jakarta. Terjun sebentar lalu pergi. Pendek kata, "wartawan Jakarta" sering dinilai memakai Aceh sebagai tempat latihan tempur. Kalau belum turun ke Aceh, rasanya belum wartawan. Tapi mereka tidak baca, tidak riset, ketika terjun ke Aceh.

Aku bilang, "Apa salahnya sesama wartawan memotret wartawan? Di Jakarta, sering kali aku lihat wajah rekan-rekan aku di layar televisi."

Lalu mereka bilang, "Abang tidak tahu gimana rasa hati ini kalau ketemu SGI?"

"Mereka bilang, 'Kamu wartawan yang ketemu Sofyan Daud ya.'"

"Ini hati rasanya gimana tuh!"

Aku mengiyakan. Aku kira benar juga bahwa Jakarta beda Aceh. Disini situasi belum solid. Perdamaian masih bisa berantakan. Satuan Gugus Tugas Intelijen (SGI) masih ditakuti dimana-mana.

Ketika mereka tanya bagaimana yang harus mereka lakukan?

Aku bilang protes mungkin tak membantu banyak. Aku kira, pekerjaan utama wartawan, bila ada isu yang penting, adalah meliputnya.Mengapa tak mencoba meliput sesama wartawan dengan standar biasa? Bikin saja wawancara. Harus independen. Ini juga bagian dari pendidikan untuk pemirsa, pembaca dan pendengar kita. Audiens juga bisa mengerti persoalan yang terjadi di kalangan wartawan.

Ini cuma kongkow-kongkow dan ha-ha di Simpang Lima, Banda Aceh.

Sebagai wartawan Jakarta, aku cuma mendengar saja, ketawa-ketiwi, ha ha ha ha ... jangan-jangan aku juga termasuk wartawan terjun payung itu ya?

No comments: