Tuesday, September 27, 2016

Bagaimana Anies Baswedan jadi calon gubernur Jakarta?


Bonar Tigor Naipospos
Setara Institute

Seorang teman mempertanyakan kok Gerindra akhirnya mau mendukung Anies? Bukankan Gerindra masih geram terhadap Anies akibat pilpres lalu.

Entah kebetulan atau tidak, pertanyaan itu sedikit terjawab ketika bertemu dgn salah satu Ketua DPP Gerindra, dia menjelaskan sebelum nama Anies muncul, Gerindra sudah condong pada Yusril Ihsa Mahendra-Sandiaga Uno.

Nama Anies muncul diusung oleh PKS. Menurutnya ini krn faktor kedekatan personal Anies dgn Ketua PKS, M. Sohibul Iman, keduanya sama-sama pernah menjadi Rektor Univ Paramadina. PKS menyadari kader mereka spt Mardani Ali Sera dan Muhammad Idrus tidak terlalu menjual utk Jakarta.

PKS membutuhkan kapital politik tambahan yg bisa menambah pangsa pendukung mereka yg eksklusif. Sudah lama PKS berusaha utk menampilkan imej sebagai partai terbuka. Figur Anies berpotensi memperkuat imej itu. Karena itu PKS lah yang keras meyakinkan Prabowo akan Anies.

Pada awalnya keinginan PKS mendapat penolakan dari lingkaran terdekat Prabowo. Tetapi ketika mengetahui bahwa Cikeas menyodorkan nama Agus Yudhoyono, peta mulai berubah. Prabowo memendam kecewa pada SBY yang menyodorkan besannya pada pilpres lalu sebagai wakil, tetapi tidak mem-back-up sepenuhnya, termasuk dana kampanye.

Malah setelah diumumkan hasil pilpres, Hatta Rajasa kemudian menjauh dari Prabowo dan tidak antusias mendukung Prabowo dkk yg waktu itu gencar mempertanyakan hasil pilpres. Keinginan Prabowo agar ada koalisi kuat yang permanen di Parlemen juga terganjal karena SBY bermain dgn gagasan koalisi pengimbang. Krn itu ketika tahu bahwa SBY menyodorkan anaknya, Prabowo tidak mau dikelabui lagi. Apalagi kemudian Prabowo menelpon langsung Agus yg saat itu berada di Australia dan menanyakan keinginannya.

Agus menjawab dia sebenarnya tidak berkeinginan tetapi ibunya, Ani Yudhoyono, yang memaksanya. Pembicaraan antar Prabowo dgn Agus didengar langsung oleh beberapa yg hadir krn menggunakan speaker. Prabowo berhitung kalau yg maju adalah Agus-Sandi, posisi dia lemah, krn kendali menjadi di tangan SBY. Dia juga lihat alot bernegosiasi utk mengubah menjadi Sandi-Agus. Dengan waktu yang semakin sedikit, alternatif yg tersedia melirik Anies.

Kalau Ahok sudah pasti tidak, krn Prabowo sangat dendam.

Persoalan yg ada adalah siapa diantara Anies dan Sandi yang menjadi Gub dan Wagub. Kemudian bagaimana melunakkan lingkaran dalam Prabowo, terutama mereka yg disebut sebagai anak-anak Prabowo. Anak-anak muda yg jebolan akademi militer dan yang disekolahkan Prabowo. Dan terakhir jaminan penuh dari PKS akan Anies. Pembicaraan untuk itu cukup alot, tapi Sandi Uno sejak awal sudah menegaskan bagi dia tidak ada masalah apakah menjadi Gub atau Wagub. Dia juga sudah berkomunikasi dgn Anies. Untuk melunakkan penolakan dari lingkaran dalam Prabowo, tercapailah kesepakatan Anies menulis surat permintaan maaf kepada Prabowo, terutama sikapnya pada masa pilpres lalu. PKS sendiri menjamin bahwa akan mengerahkan all out organ partai dan turut menyumbang dana kampanye.

Bahkan, ini menurut kawan yg salah satu Ketua DPP Gerindra, dan sulit saya percayai dan sukar diverifikasi, PKS menjamin kepada Prabowo bahwa Anies sudah dibaiat menjadi anggota PKS. Tapi terlepas dari itu semua ini semakin menunjukkan krisis inertia partai politik. Figur-figur kuat dan senior masih mengenggam penuh kuasa partai. Masih perlu waktu bagi generasi politik paska orde baru tampil penuh. Apalagi klik dan nepotisme di tubuh partai menjangkiti.

No comments: