Selama tiga hari, aku berada di Penang untuk membahas persiapan antologi Caught in Crossfires: reporting conflicts in Southeast Asia. Antologi ini dikerjakan oleh beberapa dosen dan wartawan dari Bangkok, Kuala Lumpur, General Santos City, Penang serta Jakarta. Tuan rumahnya, Universiti Sains Malaysia. Kami sudah bekerja bersama-sama, lewat diskusi dan workshop, selama tiga tahun, di Penang, Jakarta, Bangkok dan Davao City. Ia melibatkan Badrus Sholeh, Francis Loh Kok Wah, Mustafa Anuar, Prangtip Daoureng, Rufa Guiam dan aku sendiri. Teh Gaik Lan mengurus administrasi antologi ini.
Antologi ini kelak ada terbit sebagai buku. Isinya, berbagai pengalaman dan renungan tentang bagaimana meliput berbagai macam konflik di Asia Tenggara, dari Patani hingga Papua, dari Mindanao hingga Jemaah Islamiyah di Pulau Jawa.
Aku kira Penang kota yang secara historis cocok untuk mendiskusikan berbagai macam konflik di Asia Tenggara. Pada abad 19, Penang adalah tempat dimana ada diskusi-diskusi intelektual, antara lain melibatkan James Richardson Logan dan George Earl, soal penguasaan koloni-koloni Inggris dan Belanda di sekitar Selat Malaka. Logan dianggap sebagai orang yang mempromosikan terminologi "Indonesia." Logan Memorial kini masih berdiri depan Mahkamah Tinggi Penang.
Kami juga melihat Eastern & Oriental Hotel, beralamat 10 Lebuh Farquar.
Antologi ini sudah mulai berbentuk. Ada beberapa naskah masuk: "Imaging Minorities" oleh Glenda Gloria; "This Is Our Mindanao" oleh Carolyn Arguillas; "Telling the Truth of the Other" oleh Rufa Guiam; "Aceh, Dari Konflik ke Rekonsiliasi" oleh Taufik al Mubarak; "Covering the Jihadis" oleh Badrus Sholeh; "Bagaimana Meliput Pontianak" oleh Andreas Harsono; "Pengalaman Maluku Media Center" oleh Wahyuana; "Papuan Struggle and Indonesian Repression" oleh Andreas Harsono juga "Covering the Hindraft Issue" oleh K. Kabilan.
Mustafa Anuar akan membuat pengantar. Aku akan menulis penutup antologi. Kini kami masih menunggu beberapa makalah lagi, termasuk soal blogger di Malaysia maupun masalah-masalah di Bangkok dan Patani. Antologi akan terbit dalam bahasa Inggris namun Badrus Sholeh dan aku akan mengusahakan versi Indonesia.
2 comments:
Salam Mas Andreas,
Duh, sayang, saya nggak tahu. Kalau tahu, kami kan bisa menjamu Mas di rumah kami dekat kampus Universitas Sains Malaysia.
Sebagai makluman, saya baru 'ngepos' sebagai koresponden Luar Negeri Surabaya Post.
Salam hangat dari Penang.
Terima kasih untuk undangannya. Saya harap saya bisa datang ke Penang lagi. Saya lumayan sering main ke Penang. Mungkin sudah empat atau lima kali dalam 10 tahun terakhir.
Post a Comment