Friday, October 07, 2005

Sometimes in April

Saya merekomendasikan Anda nonton film "Sometimes in April" karya Raoul Peck buatan 2005. Perasaan saya diobrak-abrik film ini. Intinya, cerita tentang genocide terhadap orang Tutsi oleh milisi dan tentara Rwanda dari etnik Hutu pada tahun 1994. Penggarapan apik. Karakter-karakter jalan. Ia dishooting di Rwanda sehingga tempat-tempatnya terasa lebih mencekat.

Film ini mungkin mengesankan karena saya lagi belajar soal "ethnic cleansing" dan "genocide." Ia juga terjadi di negeri ini. Saya berhenti lebih dari lima kali ketika menonton "Sometimes in April" –selama tiga hari-- karena tak tahan terhadap kekejaman di Rwanda.

Secara sederhana, "genocide" adalah upaya-upaya untuk menghancurkan sekelompok atau sebagian orang karena kebangsaannya, etnik, ras atau agamanya.

"Ethnic cleansing" adalah upaya sama namun hanya etnik. Istilah "ethnic cleansing" berasal dari Serbia. Ia menjadi populer 1990-an ketika tentara dan milisi Serbia "membersihkan" atau "cleaning" sebuah wilayah dari etnik non-Serbia misalnya Bosnia atau Albania.

Definisi "genocide" diresmikan pada "Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide" yang disetujui oleh U.N. General Assembly dalam sidang umum 9 Desember 1948.

Pasal 2 tentang definisi "genocide" “… any of the following acts committed with intent to destroy, in whole or in part, a national, ethnical, racial or religious group, as such:

(a) Killing members of the group;
(b) Causing serious bodily or mental harm to members of the group;
(c) Deliberately inflicting on the group conditions of life calculated to bring about its physical destruction in whole or in part;
(d) Imposing measures intended to prevent births within the group;
(e) Forcibly transferring children of the group to another group
.”

Sama dengan film “Hotel Rwanda” karya Terry George, film ini membuat saya berpikir lebih dalam tentang pembunuhan terhadap orang Madura di Kalimantan, orang yang dituduh komunis di Jawa dan Bali, diskriminasi orang Tionghoa, pembunuhan bangsa Papua, bangsa Acheh, Ambon, Poso dan sebagainya.

Ia juga mendidik saya bagaimana media bisa menciptakan kebencian. Ia bukan monopoli Rwanda tapi juga ada dan nyata di negeri ini. Silahkan menonton deh.

1 comment:

Anonymous said...

salam kenal..:) jujur, saya tahu blog anda dari google, tanpa sengaja:) saya mahasiswa Hubungan Internasional UGM, nama saya Astri:) kalau boleh tahu, dimana saya bisa dapat CD film ini? terimakasih:) oya, silakan mengunjungi astrikusuma.blogs.friendster.com
maaf tidak seindah blog anda..hehehe..:D