Thursday, May 06, 2021

Sarung Virus Corona dari Badui

KETIKA Hartoyo, Christine Siahaan dan kawan-kawan dari Suara Kita --sebuah organisasi yang banyak bantu korban kekerasan seksual-- bikin lelang kain dari sebuah perkampungan Badui, saya dibelikan sarung corona oleh isteri saya. 

Warnanya biru. Gambarnya ternyata memang virus corona.

Saya suka sekali. Bahan lembut. Enak dipakai sehari-hari di rumah. 

Saya tak sangka bahwa suku Badui sudah bikin sarung dengan gambar corona. Ini memang bukan buatan baru. Mereka sudah membuat sarung ini selama beberapa waktu. 

Dalam bahasa Latin, "corona" artinya "mahkota." Virus ini disebut coronavirus karena bentuknya memang mirip mahkota. Pada 1968, peneliti June Almeida dan David Tyrrell menggabung kata "corona" dan "virus" ketika mempelajari bagaimana virus yang biasa ada dalam burung dan mamalia bisa menclok ke tubuh manusia. Pandemi ini disebabkan oleh "coronavirus 2019" --Covid19-- karena virus ini ditemukan pada Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok. 

Pandemi ini membuat kehidupan delapan milyar manusia pada 2020-2021 terpengaruh. Entah berapa juta orang meninggal. Entah berapa perusahaan tutup terutama mereka yang bergerak di bidang dengan banyak orang berkumpul, termasuk transportasi, hiburan, pabrik besar.

Hebatnya, orang Badui sudah tahu bahaya virus. Mereka langsung lakukan lockdown ketika ada kabar virus baru mengganas. Menurut Kompas, setahun pandemi berjalan, tak ada satu pun warga Badui yang tertular virus. 

Mereka yang berada di Tangerang, Jakarta, dan Bandung, langsung diperintahkan pulang. Mereka yang ada dalam wilayah Badui, dilarang keluar. Mereka juga membatasi wisatawan datang ke daerah Badui. 

Ini reaksi yang terbentuk dari pengalaman lama dan terekam bahkan dalam sarung corona. Coba Anda Google dan lihat sarung Badui. Ada gambar corona. 

Sarung corona ini bukti bahwa masyarakat adat bukan tak tahu akan mekanisme hadapi pandemi. Mereka lebih tahu protokol kesehatan. Mereka batasi perjalanan mereka agar selamat dari pandemi. 

No comments: