Sunday, May 20, 2007

Beda G30S dan G30S/PKI


Fakta-fakta sejarah seputar Gerakan 30 September 1965 penuh dengan perdebatan. Berdebat sih boleh namun pada masa Orde Baru, rezim Soeharto melarang buku-buku yang mendebat versi mereka. Bahkan hingga hari ini, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih melarang buku sejarah anak sekolah menulis "G30S" (tanpa PKI). Rezim Soeharto menimpakan kesalahan pada Partai Komunis Indonesia. Mereka dicap mendalangi Letnan Kolonel Untung dan kawan-kawan menculik beberapa jenderal.

Saya membaca buku-buku sejarah versi Nugroho Notosusanto, kepala Pusat Sejarah ABRI, untuk tahu detail apa yang terjadi malam itu. Notosusanto intinya mengatakan D.N. Aidit dari Politbiro PKI mendorong Untung dan kawan-kawan untuk menculik para jenderal lewat pekerjaan "Biro Khusus."

Namun saya juga membaca beberapa buku karya-karya Benedict Anderson, Ruth McVey, Rex Mortimer, George McT. Kahin dan belakangan juga sejarahwan dari Jakarta macam Asvi Marwan Adam atau pelaku seperti Kolonel A. Latief. Mereka secara detail mempertanyakan versi Notosusanto. Saya takkan mengulangi argumentasi ini. Resminya, buku-buku McVey, Mortimer dan lainnya masih dilarang negara Indonesia. Anderson menulisnya secara singkat dalam Petruk Dadi Ratu.

Dari bacaan-bacaan itu, saya memutuskan bila menulis untuk audiens Indonesia memakai frasa "G30S" (bukan "G30S/PKI). PKI belum pernah dibuktikan di depan pengadilan terlibat dalam G30S walau beberapa pemimpin mereka (termasuk D.N. Aidit) tahu rencana Letnan Kolonel Untung menculik para jenderal. Kini juga sudah terbukti, Soeharto bertemu dengan Kol. Latief pada 30 September 1965, serta kemungkinan besar tahu rencana ini.

Tapi kita toh tidak menulis G30S/Soeharto? Paralel dengan argumentasi G30S/PKI ini, kita tak menulis PRRI/PSI atau PRRI/Masjumi walau Soemitro Djojohadikoesoemo (tokoh PSI) terlibat PRRI atau Muh. Natsir (tokoh Masjumi) juga terlibat PRRI? Atau lebih parah lagi, kalau kita menganggap Orde Baru adalah orde fasis militeristis yang bikin Indonesia bangkrut, kita toh tak menulis Orde Baru/Golkar atau Orde Baru/ABRI bukan?

Sayang memang tak ada pengadilan terhadap PKI. Namun Soeharto masih hidup. Saya kira Soeharto masih bisa ditanyai berbagai pertanyaan yang masih menganga dari G30S.

4 comments:

Anonymous said...

percuma menanyai prsiden soeharto sekarang soalnya dia ud sakit2an..

lagian juga waktu dia mimpin jadi Presiden tiap 30september malem kan ada film tentang G30s/PKI kan?
dan dia pun tidak memboikotnya...
jadi dia setuju dengan film tersebut.

kan dia <"jagoan">nya menurut sejarah.

jadi ga usah nanyain dia lagi...

tanyain yang lain aj..
yang punya peran penting pada masa itu....

tapi kayanya semua ud pada meninggal deh...

gila yah yang punya itu otak bersih banget yah maennya..

siapa dulu <"jagoan">nya???
keren ga tu <"jagoan"> bisa ngimpetin sgitu bersihnya??

Anonymous said...

percuma menanyai prsiden soeharto sekarang soalnya dia ud sakit2an..

lagian juga waktu dia mimpin jadi Presiden tiap 30september malem kan ada film tentang G30s/PKI kan?
dan dia pun tidak memboikotnya...
jadi dia setuju dengan film tersebut.

kan dia <"jagoan">nya menurut sejarah.

jadi ga usah nanyain dia lagi...

tanyain yang lain aj..
yang punya peran penting pada masa itu....

tapi kayanya semua ud pada meninggal deh...

gila yah yang punya itu otak bersih banget yah maennya..

siapa dulu <"jagoan">nya???
keren ga tu <"jagoan"> bisa ngumpetin sgitu bersihnya??

June 30, 2007

Unknown said...

Seharusnya kalo kita mau jadi orang "pinter" kita harusnya menjadikan Pak Harto itu sebagai maha guru yang luar biasa.

Coba kalian fikir dia mempunyai strategi untuk tidak menggunakan perasaan atau hati kecilnya yang baik pada setiap tindakannya...

Sungguh luar biasa.. aku rasa orang sekelas warren buffett atau bill gates sekalipun yang telah menjadi orang top di dunia bisnis tidak akan bisa seperti dia.

Dan kalau di jadikan teman yang baik dia bisa menyimpan rahasia sampai mati...

Hebat...

Teruskan sifat mu yang luar biasa itu pak jangan lepaskan kaca mata kuda yang kau berikan kepadaku dari semasa kecilku...

Aku yakin kau bisa melakukannya sampai ajal mendatangimu...

salam

Thomas Gregory said...

Tidak ! Tidak ada bersih-bersihnya permainan politik seperti itu, yang ada hanyalah bau bangkai yang sangat busuk.

Otak rencana terhadap G30S masih menemui celah-celah yang dapat kita eksploitasi, sayang tidak ada yang berani mengungkapkannya.

Otak pelaku sadar bahwa pada jaman itu (1960an) kaum cendikiawan dan intelektual muda masih dalam tahap pembentukan laskar intelektual, jadi yang bodoh masih sekitar 95% dari seluruh rakyat Indonesia. Kebodohan tersebut dimanfaatkan sedemikian rupa hingga terjadi pembodohan yang terus berakar hingga anak cucu mereka, yang notabene anak-anak muda jaman sekarang.

Kasian sekali..
Buka mata, hati dan pikiran akan kebenaran sejati bukan hanya mencari pembenaran !