Saturday, January 16, 2021

Belajar Jurnalisme, Belajar Media

"Journalism is the closest thing I have to a religion because I believe deeply in the role and responsibility the journalists have to the people of a self-governing community"

-- Bill Kovach

• • •

PADA 1993, saya mulai bekerja sebagai wartawan dan ikut gerakan wartawan melawan sensor rezim Presiden Soeharto. Ia membuat saya mengerti pentingnya kebebasan media. Ketika Soeharto mundur Mei 1998, saya pikir kelonggaran ini seyogyanya diimbangi dengan peningkatan mutu jurnalisme. Pada 1999, saya belajar jurnalisme dengan asuhan guru wartawan Bill Kovach di Universitas Harvard.

Bill Kovach di London
Agustus 2006
Pulang dari Harvard, saya menyunting majalah Pantau, soal media dan jurnalisme. Ini pekerjaan berat. Tidak mudah melancarkan kritik terhadap sesama wartawan --sebagian besar juga kawan sendiri. Independensi harus dijaga betul. 

Majalah Pantau tutup 2003 dan diteruskan lewat Yayasan Pantau. Saya biasa bicara dalam pelatihan menulis. Saya bagi pelatihan soal jurnalisme dalam empat kategori:


Laku Wartawan
Meliput
Apa Itu Investigative Reporting?
Bagaimana Meliput Pontianak?
Quo Vadis Jurnalisme Islami?
Sexism, Racism and Sectarianism
Tujuh Kriteria Sumber Anonim

Menulis
Belajar Menulis Bahasa Inggris
Byline dan Tagline
Feature: Ibarat Menggoreng Telur Mata Sapi
Narasi: Ibarat Kawan Lama Datang Bercerita
Menulis Perlu Tahu dan Berani

Dinamika Ruang Redaksi 
Jatuhnya Gus Dur: Kecepatan, Ketepatan, Perdebatan
Resensi: Cermin Jakarta, Cermin New York
Tempo versus Tomy Winata
Adakah Kebebasan Pers Pasca-Soeharto?
Blok M: Media Bawah Tanah
Kupas Tuntas Media Palmerah

Kebebasan Pers Bersama Andreas Harsono
Jurnalisme Warga (Gereja)
Seharusnya Pers Mahasiswa Menjadi Media Mahasiswa
Tidak Ada Jurnalisme Independen di Papua

Berkunjung ke The New York Times di Manhattan Februari 2014.

Saya juga beberapa kali menulis soal keadaan media di Indonesia dalam bahasa Inggris. Biasanya, saya cerita soal tantangan media dan wartawan di Indonesia. Mungkin menarik melihat Indonesia dari kacamata media luar yang minta seorang wartawan Indonesia menuliskannya.

Freedom at the Cross Road
Indonesia: From Mainstream to Alternative Media
Indonesian Journalists on Trial
Indonesian Media at the Crossroads
Indonesian Media Bias in Covering Tsunami in Aceh [pdf]
Narrow Minded Nationalism in Aceh Aid

No comments: