Tuesday, March 08, 2011

"Penculikan" dari B-21


Diskusi di ruang tamu B-21. ©Rifki Ape

JUDULNYA "Ngobras Bareng Andreas Harsono." Tempatnya, perumahan dosen Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. Nomor B-21. Ini adalah markas aktivis pers mahasiswa Balairung, salah satu organisasi mahasiswa paling menonjol di Pulau Jawa. Kata kerja mereka: menculik. Sebenarnya, aktivis-aktivis Balairung ini mengajak saya diskusi soal jurnalisme di ruang tamu B-21.

Ruang tamu ini bukan tempat baru untuk saya. Duapuluh tahun lalu, saya sudah kenal tempat ini. Pada akhir 1980an, ketika masih aktivis pers mahasiswa di Salatiga, saya juga sering main ke Balairung maupun Keadilan dan Himmah di Universitas Islam Indonesia. Kembali ke B-21 mengingatkan saya pada kenangan-kenangan lama.

Masih rumah sama. Bangunan lama. Ruang tamu lama. Karpet. Buku. Bundel majalah. Bau hujan dan pohon tua juga masih sama. Polusi asap rokok juga masih sama. Kantor Acicis (Australian Consortium for 'In-Country' Indonesian Studies) masih di seberang B-21.

Pada 1990an, ketika bekerja di Utan Kayu, saya punya ide bikin award buat pers alternatif dengan sponsor dari Umverteilen (Berlin). Maka dibuatlah ISAI Award. Dan Balairung termasuk salah satu organisasi yang sering menang. Pernah suatu saat ikut memberi hadiah komputer dan printer untuk Balairung. Pada 1999, saya malah ikut melatih aktivis Balairung soal investigasi. Entah seberapa berguna pelatihan tersebut?

Kali ini saya menganjurkan Balairung total going online. Saya usul tinggalkan cetak. Masuklah ke internet dengan isi video, audio dan naskah. Saya juga mengangkat ide soal pers mahasiswa jadi badan hukum agar mereka bisa bergerak wajar dalam sektor ekonomi. Punya nomor pajak sehingga bisa fund raising. Bisa bergerak lebih leluasa. Diskusi ramai. They're nice kids.

Rifki Ape mencatat sebuah kalimat saya dalam account Facebook-nya: ‎"Kita tidak bisa minum air dari tsunami. Kita hanya bisa minum air yang bersih."

Saya mengacu pada terminologi Bill Keller "the tsunami of information" soal zaman internet menghasilkan banyak informasi sampah, ibarat air tsunami banyak bawa sampah.

Terima kasih untuk Udin Che Choirudin, Rifki Ape, Wisnu Prasetya Utomo, Farid 'Ferre' Fatahillah, Gading Putra, Ofa Haroen, Anwar Khamaeni, Farid 'Ferre' Fatahillah, Anisa'Ay' Ayuningtyas, Mochammad Luthfi Ardyanto dan seterusnya.

Link Terkait
Makalah Saya untuk Balairung pada 1999

No comments: