Thursday, December 01, 2022

Kehilangan seorang sahabat

HARI ini
persis satu bulan sesudah Filep Karma, aktivis Papua, pensiunan pegawai negeri serta mantan tahanan politik, ditemukan meninggal tenggelam di Pantai Base G, Jayapura. 

Hari ini, 1 Desember 2022, juga persis 18 tahun sesudah dia ditangkap karena pidato menuntut hak menentukan nasib diri sendiri buat warga Papua pada 1 Desember 2004 di Abepura. Istilahnya, dia menuntut "Papua merdeka." 

Hidupnya 11 tahun berada dalam tahanan. Dia membuat penjara sebagai sekolah baginya maupun sesama tahanan. Mereka berkebun, kuliah jarak jauh, membaca buku, menulis, melukis, bikin klub tinju dan seterusnya. Namun dia terus-menerus banding, sampai tingkat Mahkamah Agung di Jakarta, bahkan mahkamah Perserikatan Bangsa-bangsa di New York. 

Mahkamah internasional menyatakan pengadilan-pengadilan Indonesia "tidak fair" terhadap Karma dan menafsirkan pasal makar dari kitab hukum pidana dengan "tidak proporsional." Dia tak pernah menganjurkan kekerasan bahkan selalu bicara agar tak ada kekerasan. Dia dibebaskan dari penjara pada November 2015. Penjara tak menggerogoti idealisme maupun keramahannya. 

Saya jadi mengenalnya lebih dekat sesudah bebas dari penjara. Dia sering datang ke rumah saya, minum wedang jahe dan makan ubi. 

Minggu lalu, putrinya, Audryn Karma, mengirim foto, barang-barang yang dipakai bapanya ketika pergi menyelam. Ia termasuk sebuah kaos Human Rights Watch. 

"Baju HRW ini sy temukan dlm jok motor bapa dan kemungkinan baju ini hendak bapa pakai sbgi baju ganti jika dia sudah selesai diving. Pasti ini baju dari om ya?" tulisnya. 

"Sy sedang membereskan barang2 bapa dirumah termasuk baju2 kotornya ingin sy cuci dan melihat baju2 terakhir yg dia gunakan jd bikin sy menangis kembali."

Saya ikut sedih lagi. Sudah sebulan saya kehilangan seorang sahabat.

No comments: