Thursday, March 18, 2021

Tuhan, Aku Bertanya Pada-Mu


Puisi lama, saat saya remaja ini, saya dedikasikan buat para anak perempuan Muslim, yang tak berdaya untuk memiliki kuasa atas tubuhnya sendiri, yang menyimpan trauma bisu tak mampu bersuara karena bullying yang intense ketika memilih tidak berjilbab, yang mendapat penghakiman dari sesama perempuan akan masuk neraka karena berdosa sehingga berhak disindir dan diintimidasi sepanjang waktu. Tanpa sadar banyak perempuan menghakimi moral dan pakaian perempuan lain dengan memakai standar alam laki-laki. 
Then, we need women support womenNot kill each other

Let me speak up for you, dear young girls 💚❤️💜

Jakarta, 18 Maret 2021


=========================================


Aku sudah tak ingat berapa lama aku berjalan kaki dalam keadaan linglung.
Aku terjatuh di bawah pohon pinus di hutan sambil memandang kota kelahiranku dari kejauhan. Ah… biasanya indah tapi kenapa kali ini buram, ah… aku lupa air mataku banjir terus menutupi pandanganku. Dadaku sesak dan ngilu sakit sekali.

Aku pandangi langit ke atas mencari yang namanya Tuhan.

Mencari arti keadilan buat anak perempuan yang malang sepertiku.

Aku hanya ingin curhat sama Tuhan

Tuhan, 
Apa kabar-Mu? Engkau baik sekali ya memberiku langit mendung, semendung hatiku…. 

Tuhan,
Aku kehilangan ibuku yang manis.
Tak terkira betapa banyak pengorbanan yang menguras tenaga untuk patuh membahagiakannya. Aku pikir aku anak baik. 
Aku rajin sholat, puasa sunat, mengaji, tahajjud, khatam Al-Quran berkali-kali, dzikir setiap hari.
Tapi ibuku tetap marah, kemarin kakak kelasku perempuan melaporkan aku pakai celana pendek waktu tanding basket di sekolah. Aku dianggap anak pembangkang. 

Kata ibuku aku tetap berdosa tidak pakai jilbab. Katanya aku bikin malu ibuku karena diomongin orang-orang di pengajian.

Ibuku dianggap tak bisa mendidik anak perempuan sholehah. 
Ibuku bilang aku bisa membuatnya tidak bisa ke surga, karena ibuku akan diminta pertanggungjawaban tidak bisa mendidik anak perempuan, ada di surat Lukman katanya. 
Artinya, aku tidak bisa masuk surga karena membangkang perintah ibuku atas perintah Alloh karena surga berada di bawah telapak kaki ibu. 

Tuhan, 
Kemarin aku disidang bibi-bibiku, katanya bapaku di alam sana bisa masuk neraka karena anak perempuannya tidak pakai jilbab. Nanti juga kakak-kakak laki-laki aku terseret masuk neraka. Tetanggaku juga suka ada yang lapor ibuku aku pakai pakaian apa.

Tuhan,
Aku letih tidak bisa jadi diri sendiri.
Jika surga diciptakan hanya untuk perempuan sholehah yang berjilbab yang patuh pada ibunya, lalu where am I kelak?

Tuhan,
Apakah betul aku akan menyeret almarhum bapa, semua saudara laki-laki aku ke neraka karena aku tidak berjilbab? Kalau betul, berarti semua anak perempuan akan menawar untuk tidak mau dilahirkan di keluarga Islam, mereka seperti aku akan bertanya di alam azali sebelum masuk ke alam rahim untuk minta dilahirkan jadi anak laki-laki saja. Karena kami anak perempuan tidak memiliki kuasa atas tubuh kami sendiri. 

Kami tidak bisa jadi diri sendiri…

Tuhan,
Jika aku tidak mendapatkan ridho dari ibuku padahal surga ada di bawah telapak kakinya, betapa aku adalah anak Adam yang paling malang di muka bumi. Aku mau lari kemana? Kemana pun aku pergi, surga itu tak pernah ada untukku.

Tuhan, 
Bukankah buah dari agama itu adalah akhlak?
Dan bukankah puncak tertinggi akhlak itu adalah jujur?
Aku hanya ingin jujur Tuhan,
Jujur menjadi diriku sendiri. Itu saja. Tapi mengapa jujur saja sulit sekali?

Tuhan,
Aku mau jujur padamu,
Aku tidak sanggup pakai jilbab.
Hatiku memberontak gelisah ketika dipaksa dan ditakuti masuk neraka.
Aku tidak mau membohongi-Mu, aku pakai jilbab untuk mendapatkan pujian manusia atau menyenangkan ego ibuku. Aku bisa gila hidup menjadi orang munafik mencari rasa aman tapi membohongi Engkau. Bagaimana mungkin aku membohongi Engkau sebagai pencipta-Ku sedangkan aku hanya mahluk-Mu.

Tuhan, 
Biarkan aku jujur bilang nggak sanggup pakai jilbab. Aku akan ambil resiko dicibir oleh omongan-omongan manusia, entah besok, lusa atau entah kapan. 
Aku akan selalu diserang tidak pakai jilbab. Biarlah … aku akan menghadapinya dengan tabah.
Karena membohongi-Mu jauh lebih akan membuatku gila. 
Aku percaya pada keadilan-MU dengan sifat Rahman dan Rahim di surat Al-Fatihah yang aku baca setiap hari.

Wahai Ibuku, mamah…
Hatiku letih karena hatiku dan hatimu tak pernah bisa bertemu.
Kenapa kau begitu keras dan kejam tak pernah menghargai pengorbananku tak ada artinya hanya karena aku tidak mau memakai jilbab.
Tapi aku tidak pernah akan sanggup membencimu karena aku paham mamah juga korban dari alam patriakat di sekeliling kita.

Maafkan aku tidak bisa menjadi anak sholehah yang mamah inginkan.

Tenanglah mah…
Jika suatu hari kelak di akhirat, mamah diminta pertanggungjawaban oleh Alloh kenapa aku tidak berjilbab, aku akan lindungi mamah depan Alloh. 
Aku akan bilang:

“Ya Alloh, Ibuku sudah mendidikku dengan baik, itu bukan kesalahan ibuku. Tapi kesalahanku. Maka aku pasrahkan keputusan-Mu memasukan aku ke surga atau ke neraka. Itu hak-Mu”.

I love you, mah…. sampai kapan pun karena Alloh sudah menitipkan mamah untuk aku jaga.

Tapi ....

Ijinkan aku berdiri di atas pilihanku sendiri karena buatku, pilihan hidup di dunia harus berangkat dari kejujuran hati..


Bandung, di bawah pohon pinus, 
di bukit somewhere nowhere,
saat air mataku banjir tak henti menetes

No comments: