Sunday, July 10, 2011

Joo Chiat Seminggu


Joo Chiat adalah sebuah jalan di sebelah timur Singapore. Ia juga kawasan cagar budaya dimana rumah-toko dilindungi, tak boleh dibongkar, serta dikenal juga sebagai "Little Vietnam" karena banyak rumah makan Vietnam. Ia juga kawasan turis karena ada belasan hotel, bar, pub, karaoke serta bangunan tua.

Selama seminggu ini saya tinggal di sebuah hotel Joo Chiat. Setiap pagi bangun pagi, menikmati suasana sepi Joo Chiat, berjalan-jalan sekitar perumahan, lalu sarapan mie serta minum kopi. Menariknya, saya sering memperhatikan burung-burung cari makan pagi: merpati, jalak, gagak. Saya biasa jalan sekitar satu jam di daerah Langsat Road, Ceylon Lane, Tembeling Road, Onan Road dan sekitarnya.

Siang hari melakukan beberapa urusan di Singapore. Saya banyak jalan ke dua kampus: National University of Singapore (daerah Kent Ridge Crescent) serta Nanyang Technology University (daerah Jurong West). Malam hari kembali ke hotel, makan nasi ayam atau bubur ayam. Lama-lama jadi menikmati suasana Joo Chiat.

Joo Chiat diberi nama untuk Chew Joo Chiat (kelahiran Fujian 1857, meninggal 1926 di Singapore), seorang tuan tanah, pemilik perkebunan di daerah ini pada awal abad XX. Sebelum 1917, jalan ini disebut Confederate Estate Road, jalan kebun, tanpa aspal, milik pribadi. Chew Joo Chiat membeli tanah-tanah dari dua keluarga serta meneruskan usaha perkebunan. Jalanan masih hanya bisa dipakai untuk gerobak sapi.

Awalnya, pemerintahan Inggris ingin membangun jalan Confederate Estate Road hingga mencapai pantai selatan Singapore. Mereka hendak membeli tanah untuk jalan tersebut. Joo Chiat melihat peluang daerah berkembang bila jalan dibangun. Dia menyumbangkan tanah kepada pemerintah. Ramalan dia benar. Jalanan ramai. Orang berdatangan. Dia menjadi tuan tanah dan developer rumah. Banyak rumah-toko didirikan di sepanjang jalan. Guna mengingat jasa Chew memberikan tanah untuk jalan, pemerintah Inggris lantas memberi nama jalan aspal tersebut "Joo Chiat Road." Chew membeli tanah di beberapa daerah lain, termasuk Eunos. Dia juga mendirikan Pacific Bank serta Batu Pahat Bank.

Joo Chiat berkembang dengan ditambahkan Changi Market di ujung jalan pada zaman pendudukan Jepang, terletak antara perempatan Joo Chiat Road dan Changi Road. Kini ia diberi nama Joo Chiat Complex. Pedagang di pasar ini kebanyakan pedagang Muslim dari Jawa, Arab dan Sumatra. Setiap sore, bila ada keperluan kecil, saya biasa belanja di supermarket Fair Price di Joo Chiat Complex.

Pada 1999, Joo Chiat dinyatakan sebagai daerah konservasi "heritage town." Bangunan-bangunan rumah-toko tak bisa dirobohkan. Pemerintah juga memberi subsidi agar bangunan-bangunan ini tetap bisa bertahan. Joo Chiat adalah "heritage town" pertama di Singapore. Cicit Chew Joo Chiat, Philip Chew, menulis blog soal daerah ini dalam My Chew Joo Chiat. Saya ingin suatu saat interview Philip Chew.


Kini di Joo Chiat ada lebih dari selusin hotel: Fragrance Hotel, Hotel 81 (tiga buah), Joo Chiat Hotel dan sebagainya. Saya suka dengan arsitektur Hotel 81. Mereka memakai rumah-rumah tua. Harga penginapan juga murah. Hanya sekitar $80 semalam. Di daerah sini juga ada internet cafe. Sewanya, $2 untuk satu jam. Pilihan makanan juga berlimpah. Ada juga drug store macam Seven Eleven buka 24 jam. Ia juga dilewati bus nomor 33. Bila mau jalan ke stasiun, ia dekat dengan stasiun MRT Eunos. Buat perhitungan mudah, saya pakai exchange rate Rp 7,000 per satu dollar Singapore.

Salah satu fenomena Joo Chiat adalah daerah hiburan malam. Setiap sore, mulai pukul 20:00, daerah ini ramai dengan karaoke, bar dan pub, tentu saja, juga dengan pekerja seks. Mayoritas pekerja seks datang dari Vietnam. Suatu pagi saya diberitahu seorang penjaga Seven Eleven bahwa tadi malam ada razia dan beberapa perempuan ditangkap polisi. Saya tak tahu persis bagaimana policy soal pelacuran di Singapore. Saya duga ia masih belum dilegalisasi.

Saya kuatir ada human trafficking di Joo Chiat. Saya tak sempat bicara dengan pekerja seks di Joo Chiat. Sebenarnya, sebagai wartawan selama 20 tahun, saya juga belum pernah menulis soal human trafficking. Hanya baca-baca saja. Saya kira pelacuran sebaiknya dilindungi negara, agar tak terjadi human trafficking.

Anyway, saya suka dengan daerah ini, termasuk Onan Road, Ceylon Lane dan Tembeling Road, karena ia relatif sepi dari lalu lintas pada pagi dan siang hari. Ada beberapa sekolah, termasuk sekolah Gujarati. Ini salah satu daerah enak di Singapore.


Bicara soal enak tak lengkap bila tak disertai satu rekomendasi tempat makan enak. Singapore Food Guide & Restaurant Directory ada satu seksi khusus daerah Joo Chiat dan Katong. Saya coba makan di Heng Hwa Restaurant di Joo Chiat Road. Ada makanan dengan basis tahu enak sekali. Ada kedekatan emosional karena keluarga saya dari pihak papa adalah etnik Heng Hwa. Saya tentu ingin mencicipi makanan Heng Hwa. Harga agak mahal. Dua orang sekitar $20. Namun ia lebih murah daripada makan di daerah Orchard Road --apalagi di berbagai cafe museum di Singapore dimana saya pernah bayar $50 untuk makan siang sederhana berdua di National Museum of Singapore.

Joo Chiat punya sejumlah toko etnik Heng Hwa. Ini bisa dilihat dari keberadaan toko sepeda di beberapa lokasi di Joo Chiat Road. Orang Heng Hwa di seluruh Asia Tenggara --mulai dari Penang hingga Surabaya, dari Kuching hingga Singapore-- terkenal karena punya jaringan toko sepeda serta becak. Engkong saya juga dulu membuka bengkel sepeda dan becak di Djember pada 1920an. Kini bisnis Heng Hwa juga berkembang ke sepeda motor dan mobil.

Namun di Joo Chiat dan Katong masih banyak makanan etnik lain yang tak bisa saya coba satu demi satu selama seminggu. Ada warung kecil jual snack India orang antri setiap siang. Ada nasi lemak. Pendek kata, Joo Chiat juga tempat makan. Saya merasa kerasan di Joo Chiat. Saya akan menginap lagi di Joo Chiat Road bila datang ke Singapore.

No comments: