Meski agak telat, saya ingin mendukung protes pembakaran buku-buku sejarah.
Bahwa isi buku keliru atau benar, adalah satu hal. Tapi membakar buku adalah soal yang lain. Menulis pendapat tandingan -melalui buku- adalah, antara lain, jalan keluar. Isi buku semestinya ditandingi atau dilawan dengan isi, dengan kontestasi, melalui kekuatan argumentasi.
Pembakaran tulisan-tulisan kritis Martin Luther secara masal di awal abad 16 atau, yang jauh lebih dramatis, pembakaran buku-buku kritis (literatur, seni, sejarah, filsafat, dll), yang digolongkan sepihak sebagai "tidak Jerman" oleh Nazi di beberapa kota Jerman, selang Mei sampai Juni 1933, adalah beberapa contoh sejarah pembakaran buku di Jerman.
Sungguh disayangkan, bila tindakan "fasistik" itu berlangsung di tanah air paska liberalisasi politik 1998 atas buku-buku ajar bidang sejarah. Saya mengutuk keras pembakaran buku.
Sonny Mumbunan
Heinrich Boell Fellow dan PhD Student, Universität Leipzig
Mahasiswa master ekonomi empirik Martin-Luther-Universitaet Halle-Witenberg
Pernyataan Sikap atas Pembakaran Buku
Pertemuan Pers Melawan Pembakaran Buku
Dukungan Mengalir, Melawan Pembakaran Buku
Arif Harsana dari Vorstand South East Asia Information
No comments:
Post a Comment