Tuesday, September 27, 2016

Tanggapan Indonesia dalam Sidang Umum PBB

Made Supriatma

Dari sisi gesture diplomatik, Indonesia sebenarnya ingin menunjukkan penghinaannya kepada negara-negara Pasifik yang mengangkat masalah pelanggaran HAM di Papua di Sidang Umum PBB. Ada tujuh negara Pasifik yang mempersoalkan masalah ini.

Dengan menampilkan Nara Masista Rakhmatia, diplomat sangat, sangat junior (bahkan saya sempat mengira dia adalah intern di PTRI!), Indonesia ingin menunjukkan bahwa persoalan ini tidak serius sehingga tidak perlu dihadapi dengan diplomat senior.

Sementara disisi yang lain, beberapa negara Pasifik yang berbicara adalah kepala pemerintahan: Nauru; Marshall Islands; Vanuatu; Tuvalu; Solomon Islands; Tonga. Penghinaan diplomatik seperti ini tentu akan diingat oleh negara-negara Pasifik dan tidak akan menguntungkan bagi Indonesia.

Negara-negara ini memang negara-negara kecil. Namun mereka adalah negara dengan hak suara di PBB. Republik Rakyat Cina lebih tahu nilai strategis. Mereka memperlakukan negara-negara ini dengan hormat. Mereka memberikan bantuan ekonomi dan tidak pernah sedikitpun melecehkan negara-negara kecil ini.

Mereka berhak diperlakukan dengan segala hormat. Mengapa bukan Menlu sendiri -- yang saya tahu hadir di New York -- yang memberikan jawaban?

Saya tidak tahu mengapa Indonesia bertingkah seperti ini. Suatu tanda kesombongan luar biasa dari sebuah negara yang bahkan pengaruh internasionalnya tidak lebih besar dari Singapura.

Tanggapan Indonesia juga disusun dengan amat buruk. Dengan mempersoalkan HAM di Papua -- dimana negara-negara ini merasa sebagai bagian dari bangsa Melanesia -- Indonesia menganggap negara-negara Pasifik ini melanggar dan melakukan intervensi atas kedaulatannya?

Para diplomat Indonesia tentu tahu bahwa persoalan HAM itu adalah persoalan yang universal, interdependen, dan tidak terbagi-bagi atas negara-negara. Intervensi? Indonesia menginvasi Timor Leste pada 1975. Itu saja sudah lebih dari intervensi.

Gesture diplomatik seperti ini adalah blunder diplomatik. Saya merasa kasihan pada diplomat yang amat junior ini -- yang kepintaran dan bakatnya tidak sedikit pun saya ragukan -- diperalat untuk berbicara masalah yang sama sekali tidak dia kuasai.

Perlakukanlah negara-negara lain sebagaimana layaknya negara berdaulat. Karena, seperti Indonesia, mereka adalah negara yang berdaulat!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.